Tarakan (Pendis) - Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama menggelar kegiatan Pengembangan Pembelajaran PAI pada SD untuk Angkatan III di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), yang merupakan provinsi termuda di Indonesia. Acara yang dilaksanakan di Kota Tarakan selama 14 s/d 16 Agustus 2017 ini dibuka secara resmi oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Utara yang diwakili oleh Kepala Bidang Pendidikan Islam (Kabid Pendis), Sapriansyah Ali.
Dalam sambutannya, Sapriansyah Ali menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaran kegiatan bimtek kurikulum 2013 yang mulai dikenal dengan sebutan kurikulum nasional ini. Ia menegaskan bahwa pendidikan itu selalu dinamis, tidak ada kata berhenti dalam pendidikan. Kalimantan Utara sebagai provinsi yang masuk kategori perbatasan dengan wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) di pulau Kalimantan selain menjadi sasaran pengembangan infrastruktur dari pemerintah pusat juga menjadi perhatian dalam bidang pendidikan khususnya pencegahan isu radikalisme dan penyalahgunaan obat-obt terlarang (narkoba). Ia berharap para guru PAI (GPAI) sebagai tenaga-tenaga pendidik menjadi garda terdepan dalam menjaga moralitas dan wawasan kebangsaan anak-anak bangsa.
Sementara itu, Achmad Hasim dan Dyah Salsabil selaku narasumber kegiatan bimtek di Kaltara ini saat menanggapi isu yang beredar mengenai pergantian kurikulum 2013 menegaskan bahwa tidak ada perubahan kurikulum nasional dalam pengertian diganti melainkan yang benar adalah penataan kurikulum. Dalam penataan ini ada penambahan 4 (empat) hal yang menjadi perhatian para guru dalam merancang pembelajaran dan prosesnya dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Pertama, keterampilan Abad 21 yakni critical thinking, creativity, communication, dan collaboration. Kedua, literasi yakni kemampuan membaca dan menulis sekaligus menggali pemahaman dari kegiatan tersebut. Ketiga, PPK atau Penguatan Pendidikan Karakter dan keempat adalah HOTS atau Higher Order Thinking Skill alias keterampilan berpikir tingkat tinggi yang mengarah pada meta kognitif.
"Keterampilan abad 21 lewat 4C adalah pendekatan lain selain pendekatan saintifik yang sebelumnya diperkenalkan dalam kurikulum 2013," tegas Hasim, GPAI asal Bandung yang juga Instruktur Nasional tersebut. (wikan/dod) (foto: Yoni Haris)
Bagikan: