Salatiga (Pendis)-Richo Wahyudianto, mahasiswa difabel Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Salatiga mendapatkan bantuan kursi roda dari rektor. Didampingi Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan FUADAH UIN Salatiga, mahasiswa asal Ambarawa tersebut menerima kursi roda di sela kegiatan kuliah umum yang digelar di Auditorium dan Student Centre, Rabu (7/9/2022).
Rektor UIN Salatiga, Prof. Zakiyuddin Baidhawy berharap bantuan itu dapat mempermudah mobilitas mahasiswa difabel saat menuntut ilmu. "Sebagai kampus yang menjunjung nilai-nilai wasathiyyah, kita harus bisa menciptakan linkungan yang inklusif. Pemberian kursi roda untuk Richo ini adalah salah satu komitmen untuk menciptakan linkungan pendidikan inklusif," jelasnya. Richo merasa senang mendapat bantuan kursi roda itu, "Alhamdulillah. Saya senang sekali mendapat kursi roda, semoga kuliah saya bisa lebih lancar."
Ribuan mahasiswa baru Universitas Islam Negeri Salatiga diminta menanamkan nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Imbauan tersebut disampaikan Rektor UIN Salatiga, Prof. Zakiyuddin Baidhawy dalam sambutan Kuliah Umum Tahun Ajaran 2022/2023.
"Nilai toleransi sejalan dengan visi UIN Salatiga sebagai Green Wasathiyyah Campus dan spirit Kota Salatiga sebagai The City of Harmony. Toleransi adalah salah satu turunan dari nilai wasathiyyah yang dijunjung UIN Salatiga. Nilai toleransi harus ada dalam kehidupan kita. Perbanyaklah perjumpaan multikultural untuk menyuburkan nilai-nilai toleransi," jelasnya lebih lanjut.
Guru Besar bidang Studi Islam itu menilai perjumpaan kultural juga dapat memperkaya wawasan, "Mungkin di antara mahasiswa baru yang hadir hari ini ada yang berasal dari daerah 3T, tapi kelak Anda harus menjadi mahasiswa yang memiliki wawasan luas. Wawasan dan ilmu dapat diasah melalui perjumpaan multikultural. Dengan menghargai perbedaan, kita akan banyak belajar dan lebih cepat tumbuh menjadi pribadi yang kaya akan ilmu."
Hal tersebut dikuatkan oleh Prof. Agus Sartono yang menjadi pembicara utama, "Di era sekarang yang penuh ketidakpastian, UIN Salatiga harus menjadi melting pot serta tempat bersemainya semangat toleransi dan keindonesiaan di kalangan generasi muda. Anda berasal dari berbagai daerah, bahkan ada yang berasal dari Kaimana, berbaurlah dan bangun network seluas-luasnya. Dengan begitu Anda akan bisa belajar lebih banyak. Mahasiswa harus berani keluar dari comfort zone dan berkembang. "
Selain itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada tersebut menjelaskan bahwa visi UIN Salatiga sebagai Green Wasathiyyah Campus sudah sejalan dengan isu-isu yang berkembang sekarang. "Dengan visi Green Wasathiyyah Campus, UIN Salatiga bisa menjadi pelopor dalam isu environment, social, dan governance. Green-environment wasathiyyah campus adalah pilihan yang tepat dan sejalan dengan konsen terhadap keberlanjutan kehidupan," urainya.
Lebih lanjut, Prof Agus menilai sebagai social wasathiyyah campus, UIN Salatiga dapat menanamkan spirit kepedulian dan toleransi, "Kampus UIN Salatiga sangat peduli kepada mahasiswanya. Kampus ini adalah salah satu lembaga pendidikan inklusif yang menerima mahasiswa difabel. Hal ini merupakan aplikasi dari nilai wasathiyyah dan toleransi. Dari sini bisa dilihat bahwa UIN Salatiga melakukan ikhtiar dalam melakukan perubahan sosial."
Terakhir, dirinya menjelaskan bahwa UIN Salatiga telah menjadikan integritas menjadi ruh dalam pengelolaan lembaga dan penyelenggaraan pendidikan. "Hidup kita tidak akan ada artinya jika kita kehilangan integritas. UIN Salatiga telah membuktikan diri sebagai lembaga yang berintegritas dengan menjadi satu-satunya PTKIN yang mendapat predikat Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi. Integritas ini akan menjadi top priority dalam mewujudkan good governance," pungkasnya.
Bagikan: