Bogor (Pendis) - Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam menggelar kegiatan pembinaan mental pegawai di lingkungan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit. PTKI). Kegiatan ini menjadi program rutin setiap tahun Dit PKTI dalam rangka meningkatkan sumber daya pegawai di lingkungan Dit. PTKI.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin mengatakan bahwa Ramadhan merupakan momentum untuk merasakan kehadiran Tuhan. "Dalam setiap tarikan nafas, kita mengingat Tuhan. Ibadah pusa merupakan komunikasi makro dengan Tuhan. Ibadah puasa menjadi ajang pendakian spiritual," pesan Dirjen pada kegiatan Pembinaan Mental Pegawai Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sabtu (10/6) di Bogor.
Dikatakan Dirjen, ibadah puasa merupakan instrumen untuk menggerakkan diri melakukan transformasi menjadi pribadi yang berintegritas. Kamaruddin berpesan agar pekerjaan yang dilakukan setiap hari dibarengi dengan penguatan spritualitas dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Nizar Ali menyampaikan bahwa kegiatan yang dihadiri oleh seluruh pegawai Dit. PTKI menjadi momentum untuk menyatukan komitmen kebersamaan. "Kami berharap, tiga hal dapat terbangun dalam kinerja para pegawai Dit. PTKI. Ketiga hal itu antara lain menyatu, bersama dan sejahtera yang kita singkat MBS," kata Direktur.
Nizar mengatakan bahwa pekerjaan yang banyak dan rumit dapat diselesaikan dengan baik jika antar pegawai saling bersinergi. "Suasana kebersamaan dalam lingkup kerja menjadi modal utama. Tidak saling menyerang, tetapi saling bersinergi. Memberikan contoh bagaimana memimpin dengan hati agar pekerjaan terasa ringan," ungkap Nizar.
Hadir sebagai penceramah dalam kesempatan ini, tokoh sekaligus sastrawan nasional D. Zawawi Imron. Zawawi menyampaikan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan. "Setelah wafatnya Nabi, kita berpuasa sambil membaca Al-quran sehingga petunjuk Alquran menjadi energi yang menggerakkan hati kita menuju kebenaran," terang Kiai Zawawi Imron.
Dikatakan Zawawi, radar hati setiap kita harus peka terhadap nikmat Tuhan. Menurutnya, setiap manusia seharusnya senantiasa bersyukur dan menikmati apa yang sedang didapatnya. Rutinitas sejak bangun pagi dimulai menikmati bagaimana air wudhu menyirami wajah. Kemudian kita melangkah untuk melaksanakan shalat shubuh. "Semua yang kita lakukan sebenarnya meniru dan mengikuti Rasulullah. Tubuh kita dimuhammadkan dan diri kita berusaha Memuhammadkan alias meneladani Muhammad," terang Zawawi Imron di hadapan seluruh pejabat dan JFU Dit. PTKI. (wildan/dod)
Bagikan: