Bengkalis (Pendis) - Paham materialisme dan pragmatisme sedikit banyak telah menggerus semangat idealisme mahasiswa. Dibutuhkan inovasi dan strategi agar organisasi kemahasiswaan (ormawa) tetap eksis di tengah modernisasi.
Hal itu dikatakan Ruchman Basori, Kasi Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Ditjen Pendidikan Islam saat menggembleng aktivis mahasiswa intra kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis, Sabtu (02/02).
Ruchman mengingatkan era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan disrupsi teknologi telah menghasilkan model bisnis baru yang inovatif dan progresif. "Era 4.0 membawa perubahan hampir di semua lini kehidupan, dunia bisnis, perbankan, transportasi, pendidikan, hingga sosial kepemudaan dan kemahasiswaan," papar mantan Ketua I Senat Mahasiswa IAIN Waliosongo ini.
"Mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan harus dinamis dan inovatif, jangan lengah menyikapi tantangan era industri 4.0 dan kebutuhan generasi millenial," kata Ruchman.
Aktivis Mahasiswa `98 ini menyarankan agar kesadaran historis dan heroisme gerakan mahasiswa dihadirkan kembali di era millineal. "Mahasiswa telah melahirkan fakta angkatan untuk melakukan perubahan sosial, 1908, 1920, 1928, 1945, 1966, 1974 hingga reformasi 1998," tutur Ruchman.
Ruchman mengatakan gelar yang ditahbiskan pada mahasiswa sebagai the agent of social change, the agent of intelectual, dan the agent of development menjadi bukti peran historisitas dan sosial mahasiswa.
Di hadapan 385 aktivis ormawa STAIN Bengkalis, Ruchman menandaskan bahwa kampus menjadi laboratorium efektif untuk melahirkan seorang pemimpin. Mahasiswa hari ini adalah cermin pemimpin di masa depan. "Kepemimpinan adalah wasilah untuk melakukan perjuangan dan khidmah kita sebagai khalifatullah fil ard di alam nyata ini," katanya.
Untuk menghidupkan Ormawa Ruchman berpesan agar mahasiswa melakukan penguatan ideologi gerakan mahasiswa, membuat platfom dan issu yang jelas. Selain itu merumuskan visi, misi dan program, membangun komunikasi efektif, mengembangkan jejaring (networking) organisasi dan ketrampilan fundraising.
Wira Sugiarto Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama STAIN Bengkalis ada sekitar 500 mahasiswa menjadi pengurus di 29 Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa). "Mereka sudah keluar dari zona nyaman, ikut mengurus organisasi yang sudah barang tentu terganggu belajar dan hak privasinya," tandas Wira.
Wira melanjutkan, STAIN Bengkalis merupakan kampus yang berada di daerah perbatasan, karenanya berkomitmen untuk menjaga NKRI melalui pengembangan semangat kebangsaan mahasiswanya.
Kegiatan Diklat Peningkatan Mutu Kepemimpinan Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) STAIN Bengkalis diikuti oleh kurang lebih 385 peserta yang berasal dari SEMA, DEMA, UKM/UKK, HMPS dan HMJ. Berlangsung selama dua hari, 1-2 Februari 2018 dengan bekerjasama dengan Polres Kabupaten Bengkalis.
Mengakhiri paparannya, Ruchman menaruh optimisnya bahwa kampus STAIN Bengkalis yang baru 4 tahun berdiri akan semakin berkembang dan menjadi kebanggaan masyarakat di wilayah perbatasan. (RB/dod)
Bagikan: