Jakarta (Pendis) - Tadarus Litapdimas (TL) seri 2 digelar pada Kamis (30/3/2023) secara daring melalui zoom dan kanal youtube dengan tema “Khidmah PTKI untuk Negeri: Belajar dari Tokoh Inspiratif”. Dua orang narasumber inspiratif yang dihadirkan pada kali ini adalah Dharma Setyawan dan Nur Al Marwah Asrul.
Dharma Setyawan dari IAIN Metro, peraih Gelar Pengabdi Terbaik ICON UCE 2022. Ia merupakan inisiator komunitas Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi), pasar kuliner dan pernak-pernik tradisional yang buka setiap hari Minggu pagi. Pasar ini berhasil menstimulus pertumbuhan ekonomi masyarakat Yosomulyo dan sekitarnya.
Dalam presentasinya, Dharma menyinggung pentingnya peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam melakukan perubahan sosial yang nyata di tengah masyarakat.
“Ada 2 (dua) hal yang perlu disadari terkait capaian value yang hari ini sedang kita ingin bangun meleset hanya terpaku pada persoalan skor. Padahal, ada value lain yang bisa kita capai. Kita ingin membangun value lain seperti tanggung jawab, integritas, ketekunan, solidaritas yang ini tidak mungkin kita bangun di tengah-tengah kampus. Ada pesantren, masjid, pasar-pasar yang membutuhkan kampus PTKI untuk didorong dan benar-benar bisa membangun perubahan sosial karena kita berkolaborasi dengan masyarakat”, jelas sosok energik yang pernah diundang sebagai narasumber dalam acara Kick Andy ini.
Dharma juga menceritakan lika-liku perjuangan pengabdiannya yang tentu tidak selalu berjalan mulus. “Kita sebagai akademisi punya keresahan dan kita mengerjakan sesuatu yang kecil tapi konsisten dan memberikan dampak yang kecil kepada masyarakat. Tahun 2018 bermodalkan dana mushola kami mendeklarasikan pasar kreatif, pasar kuliner setiap hari Minggu jam 6 hingga jam 11. Awal mula ada 16 juta uang masuk di kampung kami. Awalnya masyarakat sulit untuk diajak bekerjasama tetapi kemudian ada proses dinamika pemberdayaan dan terus diajak berkomitmen untuk mengerjakannya. Alhamdulillah berjalan hampir 5 tahun ini, uang masuk di kampung kami menjadi 80-100 juta dengan 2 ribu pengunjung. Sebenarnya bukan pada capaian ekonomi, tetapi bagaimana ada nilai tambah di masyarakat hingga kita bisa memperjuangkan value-value lain”, tambahnya.
Narasumber kedua yaitu Nur Al Marwah Asrul dari UIN Alauddin Makassar yang merupakan Pendiri The Floating School (Sekolah terapung). The floating school merupakan program pendidikan non formal yang bergerak dalam pengembangan keterampilan dan kreatifitas pemuda. Sekolah ini menjadi pendidikan alternatif dengan kapal semi tradisional yang menyediakan buku, alat tulis, materi belajar, dan fasilitator. Bidang yang diajarkan antara lain literasi dasar, terapan, pengorganisasian, dan penguatan internal.
Ia mengatakan bahwa basis dari Sekolah Terapung pada prinsipnya berupa Pendidikan Transformatif. “Pendidikan di daerah kepulauan sangat sulit, akses dan cuaca terkadang menjadi penghalang bagi para remaja disana untuk sekolah. The floating school hadir ke pulau untuk meningkatkan kualitas melalui workshop-workshop kreatif. Kegiatan The floating school dilaksanakan berbasis Pendidikan transformatif dimana terbagi menjadi beberapa kelas yang bisa diikuti oleh para remaja pulau untuk meningkatkan skill berdasarkan minat dan bakat mereka”, jelas Nur.
Di akhir paparannya, Nur menegaskan pentingnya keberlanjutan program pengabdian yang dijalankan melalui penguatan komunitas. “Keberlanjutan suatu program itu terlihat Ketika para pendamping tidak hadir di tempat apakah program tersebut tetap berjalan. Kami memulai the floating school sejak 5 tahun lalu dimana tiap pekan kami pulang pergi ke floating school, tapi kini justru anak-anak pulau yang membuat program dan kami hanya sekedar diajak berdiskusi terkait program yang akan mereka kerjakan”, tegasnya.
Sementara itu, pembahas dalam Tadarus Litapdimas sesi ini, Nabiela Naily sangat mengapresiasi kerja keras kedua narasumber yang tentu tidak mudah ditempuh.
“Saya memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada kedua narasumber, karena kinerja pengabdian itu tidak mungkin tidak membutuhkan banyak pengorbanan dan dibutuhkan keikhlasan, keajekan, dan konsistensi. Mari kita bergerak dengan apa yang bisa kita lakukan dan gerakkan saat ini juga dengan modal yang ada. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kita adalah fasilitator, aktor utama dalam pemberdayaan adalah komunitas itu sendiri”, jelas dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Dalam sambutannya, Abdul Basir yang merupakan Subkoordinator Pengabdian Kepada Masyarakat Diktis menegaskan peran pentingnya PTKI untuk melakukan aksi nyata dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. “Kegiatan hari ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua dan menjadi bahan diskusi bagi kalangan PTKI sehingga kerja-kerja pengabdian bisa menjadi perubahan sosial. PTKI harus turun ke bawah sehingga dirasakan kehadirannya oleh masyarakat.”
Sebagai informasi, Tadarus Litapdimas Tahun 2023 ini akan dilaksanakan dalam 6 sesi di setiap hari Senin dan Kamis. Oleh karena itu, jangan sampai lewatkan sesi-sesi berikutnya
Tags:
PTKINKerenBagikan: