Jakarta (Pendis)- Dalam rangka menghadirkan pembelajaran jarak jauh yang bermutu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhamamd Ali Ramdhani mengajak Pimpinan Institut Agama Islam (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk melakukan berbagai terobosan guna membangun digital culture di kalangan civitas akademika, khususnya bagi dosen, tendik, dan mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Agama Islam (Prodi PJJ PAI).
“Karena menurut hemat saya, sampai masuk tahun ketiga ini, dari sisi infrastruktur digital sudah sangat memadai. Mulai dari platform sistem informasi manajemen berbasis digital, sampai studio untuk memproduksi video pembelajaran pun sudah sangat cukup. Namun digital culture ini memang masih jadi tantangan kita di Indonesia yang saat ini masih proses transisi,” pesan Muhammad Ali Ramdhani dalam rapat bersama Rektor dan seluruh Pimpinan IAIN Syekh Nurjati Cirebon di Jakarta, (27/09).
Dirjen Pendidikan Islam yang akrab disapa Kang Dhani lebih lanjut mengelaborasi, bahwa jika dibandingkan dengan beberapa kampus siber luar negeri yang kita kunjungi, kapasitas infrastruktur kita sudah sangat memadai. Bahkan, dengan jumlah 8 studio yang kita miliki, maka kita akan dapat memproduksi banyak video pembelajaran yang mutunya terstandar.
“Namun, berbagai infrastruktur tersebut hanyalah sebuah alat yang harus dapat kita optimalkan. Oleh karena itu, penting juga membangun digital culture di kalangan sivitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Ini yang membedakan kita dengan Hankuk University di Korea Selatan. Kalau dari sisi infrastruktur, kita sudah tidak kalah dengan mereka,” tekannya lebih lanjut.
Digital culture sendiri merupakan sebuah konsep yang merujuk pada perubahan budaya, norma, dan praktik, yang muncul akibat adopsi teknologi digital dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Dalam konteks dunia pendidikan, seseorang yang memiliki digital culture adalah individu yang memiliki pemahaman kuat tentang teknologi digital, berinteraksi dengan teknologi secara terampil, dan memiliki kebiasaan serta pemikiran yang terkait dengan budaya digital.
Selain hal tersebut, dalam kesempatan ini Dirjen juga menyoroti beberapa hal terkait penguatan kelembagaan. Salah satunya adalah penambahan Prodi PJJ pada program sarjana dan megister, serta penguatan tata kelola di internal IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
“Saya targetkan, tahun 2024 parameter yang menyatakan bahwa IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini sebagai kampus siber sudah terpenuhi 100%. Sehingga Tahun Akademik 2024/2025 Pembelajaran Jarak Jauh tidak hanya untuk Prodi PAI saja, tapi program sarjana dan magister juga sudah dapat kita selenggarakan,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ahmad Zainul Hamdi menambahkan iklim pembelajaran di lingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon harus dapat menghadirkan ekosistem pembelajaran digital yang dapat dirasakan oleh semua pihak.
“Feeling technologies itu harus sudah mulai terasa sejak kita melewati gerbang IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Jadi kampus siber yang kita bangun ini tidak hanya sekedar menyelenggarakan Prodi PJJ semata. Hal itu saja tidak cukup,” tegas Direktur.
Kegiatan yang juga dihadiri Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam beserta seluruh Kasubdit di lingkungan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam ini menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan dan program terkait penguatan IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebagai kampus siber keagamaan yang bereputasi di tingkat nasional, salah satunya adalah terkait dokumen Peta Jalan Cyber University yang akan dijadikan panduan dalam pengembangan kedepannya [GT]
Tags:
uinBagikan: