Ciputat (Pendis) --- Lawatan Grand Syekh Al-Azhar Imam Ahmed Al Tayeb di Indonesia menjadi momentum penting yang mengukir sejarah. Salah satunya agenda orasi ilmiah atau kuliah umum yang disampaikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa (9/7). Bersama dengan Prof. Dr. Quraish Shihab, Grand Syekh menjelaskan relevansi antara nilai-nilai Azhari dengan toleransi beragama di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, tampak hadir Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Abu Rokhmad bersama dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI untuk menyimak kuliah umum tersebut. Beberapa rektor PTKIN serta ribuan pengunjung pun hadir secara langsung memadati auditorium Prof. Dr. Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Grand Syekh mengatakan bahwa umat harus diingatkan agar terhindar dari orientasi baru yang menolak ajaran empat mazhab. Dimana orientasi ini membuat fiqih baru yang mana mudah menyalahkan dan bahkan mengkafirkan yang tidak sependapat dengan mereka.
“Umat Islam saat ini harus bergerak untuk beramal, bukan hanya pintar bicara tetapi tidak mengamalkannya. Seribu khutbah tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi satu aksi bisa menyelesaikan seribu masalah” tutur Grand Syekh.
Kemenag dan Al-Azhar
Saat ditemui setelah orasi ilmiah tersebut, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Abu Rokhmad mengungkapkan apresiasi dan harapannya atas kunjungan dari representative Al-Azhar Kairo.
“Tidak hanya bersejarah untuk UIN Jakarta saja, namun dengan kehadiran para rektor PTKIN ini mereka diharapkan dapat menjadi pionir umat Islam di Indonesia. Menjadikan PTKIN yang sudah semestinya menjadi lembaga pendidikan tinggi untuk merawat, menjaga dan mengawal agar nilai-nilai Islam wasathiyyah tumbuh dengan baik di negeri ini” tutur Abu Rokhmad plt. Direktur Jenderal Pendidikan Islam saat ditemui setelah orasi ilmiah tersebut.
Guru besar UIN Walisongo ini mengungkapkan bahwa dalam orasi ilmiah grand syekh tersebut ia dapat menyimpulkan nilai-nilai yang sangat relevan dengan concern Kementerian Agama saat ini. Salah satunya adalah nilai toleransi beragama dalam keragaman budaya nusantara.
“Kalau bicara tentang Al-Azhar Kairo, ini adalah lembaga yang memiliki kontribusi dan sumbangsih sangat besar terutama bagi anak-anak kita yang berkuliah disana. Dimana lebih dari 13.000 mahasiswa Indonesia menjadi duta-duta harapan bangsa dalam diseminasi nilai-nilai azhari di negeri ini” terang pria yang akrab disapa prof Abu ini.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa peran Kementerian Agama adalah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada mahasiswa dalam memberikan rasa aman dan melaksanakan studinya dengan baik. Ia juga mengingatkan kepada para mahasiswa yang belajar di Al-Azhar untuk memberikan komitmennya dalam menjaga martabat dan kehormatan bangsa ini.
“Kami dari Kementerian Agama tentunya berusaha untuk memastikan keamanan dalam studi mahasiswa kita, salah satunya beberapa minggu lalu Deputi Grand Syekh Al-Azhar, Abdul Rahman Ad-Duwaini menghadap bapak Menteri Agama. Dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa akan ada markas Tatwir yang akan menjadi satu-satunya tempat anak-anak Indonesia memulai perjalan akademiknya di Al-Azhar” ungkap prof Abu.
Terakhir, ia juga memaparkan bahwa nantinya markas Tatwir ini akan menjadi display monitor dalam memastikan tata kelola yang baik agar dapat menjadi pintu utama. Ini bertujuan untuk menata wellness agar para mahasiswa mendapatkan ilmu yang bermanfaat sekaligus juga terjamin keamanannya, terlindungi dengan baik dan bisa dilayani dengan baik oleh pemerintah pada umumnya, dan Kementerian Agama khususnya.
Bagikan: