Pekalongan (Pendis) – Hari kedua Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan pada Kamis, 18 Agustus 2022 menghadirkan narasumber dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kegiatan PBAK dilaksanakan di halaman gedung FUAD dan Perpustakaan kampus II Rowolaku Kajen.
Narasumber dari BNPT diwakili oleh Plt. Kepala Subdirektorat Pengawasan, Faizal Yan Aulia. Tema yang diangkat oleh Faizal yaitu “Pengarusutamaan Moderasi Beragama sebagai Upaya Menangkal Potensi Radikalisme”. Faizal menyampaikan, apa yang dialami oleh sebagian Negara timur tengah sebgai gambaran dampak dan jejak dari terorisme.
Faizal mengungkap ada beberapa pola penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Yang diantaranya; media massa baik berupa intenet, buku ataupun majalah. Kemudian dalam bentuk diskusi langsung missal melalui dakwah, bedah buku maupun pertemanan. Hubungan kekeluargan yang bisanya berupa pernikahan, kekerabatan dan keluarga inti. Lalu, melalui lembaga pendidikan baik di sekolah, pesanten maupun perguruan tinggi. “Untuk itu teman-teman mahasiswa harus lebih selektif dalam memilih pergaulan,” pesan Faizal.
Faizal juga memaparkan beberapa contoh tindakan radikal akibat dari pengaruh media online. Ada pemuda sebelum berangkat ke salah satu negeri di Timur Tengah kerap menggunakan media online khususnya media sosial dalam berkomunikasi dengan kelompok radikal di negara tersebut. Contoh lain yang diberikan, ada pemuda yang mengancam ayahnya dan menyandera adiknya. Dan dari hasil penyelidikan pihak berwajib menemukan atribut kelompok radikal di rumahnya. Pemuda tersebut membeli atribut yang biasa digunakan kelompok radikal melalui informasi di jejaring sosial. “Ini sudah tentu menjadikan perhatian khusus dampak dari penggunaan media sosial yang kurang tepat,” imbuhnya.
Dirinya menegaskan, penggunaan media online perlu ada perhatian khusus karena sulit dibendung. Media online dan media sosial bisa menjadi sarana penyebaran radikalisme yang sangat cepat karena mudah diakses, memiliki jangkauan luas, dan interaktif.
“Tanda seorang anak terpapar paham radikal bisa dikenali,” terangnya. Ciri–ciri yang dimaksud yakni, mendadak anti sosial, berkumpul dengan komunitas yang dirahasiakan, emosional, kritik berlebihan, putus komunikasi dengan keluarga, dan ada kecenderungan tidak senang dengan pemikiran tokoh agama yang mainstream dan moderat. Faizal menerangkan, kelompok usia muda yang memiliki kerentanan sosial yang tinggi (karena tiadanya kasih sayang atau hubungan yang kurang harmonis dengan keluarga) rentan terhadap pengaruh paham radikal.
Maka dari itu, BNPT memiliki peran dalam menanggulangi terorisme dengan strategi pencegahan dan tindak pidana. Dengan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kemampuan aparatur merupakan bentuk kesiapsiagaan nasional dalam penanggulangan terorisme. Faizal juga memberikan langkah dalam pencegahan radikal terorisme, seperti menghindari jika bertemu dengan orang yang sering menjelek-jelekkan pemerintah, berperilaku intoleransi, suka menghasut dan anti terhadap Pancasila, UUD 1945 dan NKRI.
Bagikan: