Pekalongan (Pendis) - Sebagai bentuk kepedulian kepada persoalan di masyarakat, UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur) menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema Pendidikan Kesehatan Mental pada Anak. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu, 17 Juni 2023 diikuti oleh para orang tua murid di Yayasan TK, KB, TPA Qurrota A’yun Aisyiyah kota Pekalongan dan menghadirkan narasumber Agus Khumedy, M.Ag selaku Ketua MUI Petarukan serta dr. Naila Miskiyatun Nisa dari RSUD Keraton.
Tema ini diangkat sebagaimana yang disampaikan oleh RSDJ dr. Amino Gondohutomo bahwa “kurang lebih 25 % warga pada 35 daerah di Jateng, mengalami gangguan jiwa ringan. Sedangkan gangguan jiwa berat rata-rata 1,7 per mil”. Jumlah ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan siring dengan kemajuan teknologi di mana anak-anak usia balita bahkan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh gadget.
Pendidikan kesehatan mental anak juga merupakan hal yang sangat penting, mengingat anak sebagai generasi masa depan akan menjadi penentu arah peradaban di masa mendatang, yang harus disiapkan sebaik mungkin baik secara fisik dan mentalnya.
Dalam pemaparannya Agus Kumaedy menyampaikan bahwa pendidikan mental yang dilakukan orang tua kepada anak hendaknya berorientasi pada tingkat kesholehan anak dengan cara melakukan ikhtiar terbaik dan bertawakal kepada sang pencipta. Dalam perspektif Islam, anak diposisikan menjadi empat aspek penting yakni anak sebagai perhiasan, anak sebagai amanah, anak sebagai titipan, anak musuh. “Empat aspek tersebut tergantung bagaimana orang tua membentuk dan mendidik anak,” ujarnya.
Pendidikan mental anak dalam pespketif kesehatan disampaikan oleh dr. Naila Miskiyatun Nisa. Nisa menyampaikan, pendidikan mental anak dimulai dari pembentukan keluarga yang harmonis dan bahagia, karena anak bahagia, adalah hasil dari keluarga bahagia pula. “Oleh karenanya, peranan orang tua menjadi penentu dalam pembentukan kesehatan mental anak,” uvap dr. Naila.
Ia juga menutrkan, di era digital ini peranan gadget sangat memberikan pengaruh terhadap pembentukan emosi anak. Dalam pemaparannya dr. Naila menegaskan bahwa orang tua harus mampu melatih anak mengelola emosi, hal ini dilakukan dengan validasi emosi. “Orang tua hendaknya mampu memahami kadar emosi dan perasaan anak. Tidak lantas segala keinginannya dipenuhi serta tidak pula diabaikan,” tegasnya.
“Pendekatan humanis pada pola asuh anak menjadi kunci dalam membangun kesehatan mental anak sehingga orang tua dapat membangun atmosfer yang positif terhadap interaksi dan perilaku anak baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial,” pungkasnya.
Acara ini yang diselenggarakan mendapat respons positif dari pihak sekolah dan orang tua murid. Salah satu orang tua murid menuturkan, selama ini lebih terfokus kepada kemampuan anak-anak, yakni anak mereka harus bisa ini dan itu, tanpa memperhatikan kesukaan atau kecenderungan anak. Harapannya kegiatan ini sebagai bentuk dari kegiatan parenting bagi orang tua serta dapat terus dilakukan.
Bagikan: