Pekalongan (Pendis) - Dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) UIN Gus Dur pada tanggal 17-19 Agustus 2022 turut diikuti oleh Fatimah Azzahro. Fatimah adalah salah satu mahasiswa baru UIN K. H. Abdurrahman Wahid Pekalongan tahun ajaran 2022/2023 yang lolos melalui jalur seleksi SPAN-UMPTKIN. Fatimah mengalami kondisi lumpuh layu sejak masih kecil. Meskipun dia hanya bisa duduk di kursi roda, namun semangat belajarnya sangat tinggi.
Keterbatasan tak lantas membuat Fatimah padam semangat dalam mengejar impiannya. Di UIN Gus Dur, Fatimah mengambil jurusan Ilmu Alqur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). Melalui wawancara di sela kegiatan PBAK, ia mengungkapkan perasaan bahagianya, karena bisa lolos di perguruan tinggi negeri yang ada di Pekalongan. “Harapan saya masuk ke UIN Gus Dur untuk lebih memperdalam ilmu agama karena bagi saya ilmu agama merupakan hal terpenting dalam kehidupan ini,” ungkap Fatimah.
Sebelumnya, ia lulus dari program pendidikan dasar yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan Luar Sekolah (kejar paket C). Setelah lulus dari kejar paket C, pada Maret 2022 lalu ia mencoba mendaftar ke UIN Gus Dur dengan jalur SPAN-UMPTKIN. “Pada awalnya saya merasa minder untuk masuk ke sekolah formal, tapi karena dukungan keluarga saya akhirnya bisa sampai di sini, di UIN Gus Dur,” katanya.
Fatimah bersama dengan ibunya yang mendampingi saat kegiatan PBAK menyampaikan terima kasih kepada para pimpinan dan pemangku kebijakan UIN Gus Dur yang telah memberikan kesempatan Fatimah untuk menuntut ilmu sampai pergururuan tinggi. Ibunya berharap, anaknya bisa merasa nyaman dan fokus dalam proses pembelajaran di kampus UIN Gus Dur.
Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Zaenal Mustakim menyatakan, UIN Gus Dur memberikan kesempatan yang sama kepada semua calon mahasiswa untuk belajar di UIN Gus Dur tanpa melihat keterbatasan fisik. “Untuk mahasiswa difabel memang tidak ada kuota khusus tapi UIN Gus Gur akan memberi kesempatan yang sama dengan mahasiswa lainnya, termasuk menyediakan akses difabel ke gedung-gedung kuliah seperti lift di FEBI dan jalur masuk khusus di semua gedung fakultas,” jelasnya.
Rektor menambahkan, walau tidak semua fakultas memiliki lift maka perlu ada alternatif kebijakan lain. “Karena yang ada liftnya baru di FEBI, maka kita akan dorong dengan kebijakan agar mahasiswa difabel diberi kelas di lantai dasar/lantai 1 untuk mempermudah akses mereka,” tambah rektor.
Acara yang diselenggarakan dalam penyambutan mahsiswa baru ini, meninggalkan banyak kisah yang mengajarkan kita bahwa pendidikan tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki fisik sempurna. Namun, mereka yang mempunyai keterbatasan fisik tapi memiliki semangat dan kemauan dalam mencapai impiannya juga memiliki kesempatan yang sama.
Bagikan: