“Kita mungkin tak bisa memilih takdir, tapi kita selalu bisa memilih bagaimana menjalaninya.”
Di tengah hingar-bingar kehidupan kampus, terselip kisah luar biasa dari dua sosok istimewa: Rendi dan Suci, mahasiswa Universitas Islam Bunga Bangsa (UIBB) Cirebon. Bukan kisah biasa, karena keduanya hadir dengan keterbatasan penglihatan. Namun justru dari keterbatasan itulah mereka menyalakan semangat luar biasa yang menginspirasi banyak orang.
Mereka adalah pejuang mimpi, yang berjalan tanpa melihat, namun selalu menatap masa depan dengan keyakinan.
Keterbatasan Bukan Penghalang
Bagi banyak orang, kehilangan penglihatan bisa menjadi alasan untuk menyerah. Tapi tidak bagi Rendi dan Suci. Sejak awal perkuliahan, mereka meneguhkan tekad: "Keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi."
Setiap hari mereka datang ke kampus dengan semangat penuh. Meski tak bisa melihat papan tulis, mereka mencatat materi kuliah menggunakan alat bantu, merekam penjelasan dosen, dan berdiskusi aktif bersama teman-teman. Mereka tidak hanya hadir sebagai mahasiswa pasif — mereka aktif dalam organisasi kampus, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, bahkan menjadi motor penggerak semangat di lingkungan sekitar.
Mereka bukan hanya belajar untuk lulus. Mereka belajar untuk hidup. Untuk membuktikan bahwa keterbatasan bisa ditaklukkan oleh keyakinan dan kerja keras.
Kampus Inklusif, Mahasiswa Tangguh
Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon sendiri memberikan dukungan penuh bagi Rendi dan Suci. Kampus ini menghadirkan ekosistem pendidikan yang inklusif, humanis, dan suportif. Para dosen dilatih untuk memahami kebutuhan mahasiswa disabilitas, dan teman-teman satu angkatan selalu hadir memberikan dukungan tanpa diskriminasi.
“Rendi dan Suci adalah wajah harapan dan ketangguhan. Mereka membuktikan bahwa mimpi tidak mengenal batas fisik. UIBB Cirebon bangga menjadi bagian dari kisah mereka,” tutur Rektor UIBB Cirebon, Dr. H. Oman Fathurohman, MA.
Beliau menegaskan komitmen kampus untuk terus membuka akses pendidikan tinggi bagi semua kalangan, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. “Di sini, semua mahasiswa berhak tumbuh dan berkembang. Tak ada yang dikecualikan. Semua punya tempat untuk bersinar,” tambahnya.
Pelita yang Menyala dari Dalam Diri
Kisah Rendi dan Suci mengajarkan kita bahwa hidup bukan tentang apa yang tidak kita miliki, tapi tentang bagaimana memaksimalkan potensi yang ada. Mereka telah menyalakan pelita harapan, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi seluruh mahasiswa lainnya.
Dalam dunia yang kadang tidak ramah, Rendi dan Suci tidak menunggu belas kasih. Mereka bergerak, bertindak, dan membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari diri sendiri.
Belajar dari Rendi dan Suci
Dari mereka kita belajar bahwa:
Mimpi tidak memiliki syarat fisik.
Ketekunan bisa mengalahkan keterbatasan.
Inklusivitas bukan sekadar jargon — ia bisa diwujudkan dalam tindakan nyata.
Mari jadikan kisah ini sebagai pengingat bahwa semangat, keberanian, dan tekad bisa membawa kita melampaui batas-batas yang kita kira tak bisa dilalui.
Karena sejatinya, cahaya itu bukan dari dunia luar, tapi dari dalam diri kita sendiri.
Bagikan: