Salatiga (Pendis) – Universitas Islam Negeri Salatiga melalui Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) mengadakan seminar nasional dan mengajak seluruh mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman mengenai kesetaraan gender dan perlindungan anak. Kegiatan ini diinisiasi atas dasar banyaknya tragedi yang akhir-akhir ini marak dialami oleh anak-anak.
Seminar nasional dengan tema Perlindungan Anak dari Kekerasan Seksual ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring) di Auditorium Gedung KH. Hasyim Asy’ari UIN Salatiga.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat UIN Salatiga, Irfan Helmy dalam pembukaannya mengatakan UIN Salatiga siap bermitra dan berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan pemahaman mengenai kesetaraan gender dan perlindungan anak.
Irfan berharap seminar nasional yang diisi oleh Rektor IAIN Ponorogo, Evi Muafiah dan Direktur Eksekutif Yayasan Pulih, Yosefin Dian ini dapat memberi manfaat dan ilmu yang disampaikan para pemateri dapat diterima dengan baik.
“Saya harap seminar nasional ini dapat memberi manfaat dan ilmu yang disampaikan para pemateri dapat diterima dengan baik,” ungkap Irfan di Salatiga, Rabu (3/8/2022).
Kepala PSGA UIN Salatiga, Muna Erawati, menegaskan kegiatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat agar bisa melindungi anak-anak dari kejahatan, terutama mengenai seksual.
Selaku pemateri, Rektor IAIN Ponorogo, Evi Muafiah dalam paparannya menyampaikan salah satu prinsip yang harus dipegang adalah anak tidak pernah salah. Menurutnya, menjadi orang tua harus bisa mengalah dan tidak egois.
“Jika kita menyaksikan ada yang salah dengan anak, jangan langsung marah, namun cari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan cobalah untuk melihat dari perspektif anak," terangnya.
Evi menambahkan kekerasan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan untuk dilakukan. Kekerasan yang berbentuk verbal maupun aksi tidak seharusnya terjadi, apalagi pada anak-anak.
“Yang perlu diingat adalah anak selalu meniru apa yang kita kerjakan, jadi jika kita ingin anak kita berkelakuan baik, kita juga harus mencontohkan mereka untuk melakukan hal-hal yang baik," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Yayasan Pulih, Yosefin Dian mengatakan masyarakat sering menghakimi dan memberi label buruk pada korban kekerasan seksual, padahal anak sebagai korban kekerasan seksual sebenarnya tidak bisa menolak kejahatan yang dilakukan pelaku kepadanya.
"Korban kekerasan seksual biasanya mengira dirinya adalah penyebab, sehingga mereka seringkali merasa takut untuk bercerita karena menganggap orang tua akan marah dan sedih jika mengetahui sang anak telah menjadi korban kekerasan seksual," katanya.
Yosef menilai pendidikan seks harus dilakukan sejak usia dini, mulai dari hal kecil dan sederhana seperti mengajari anak mengenai nama yang tepat untuk organ seksnya.
“Saat anak bertanya, jawab dengan lugas, terbuka, dan jujur, hal itu akan memudahkan diskusi selanjutnya saat mereka beranjak lebih besar," tukas Yosef.
Yosef juga menekankan pentingnya mengajari anak untuk kritis dan tidak pasrah menerima. Mneurutnya anak harus diajari untuk mengabil keputusan sejak kecil agar kelak mereka bisa kritis dan bisa menata hidupnya secara mandiri.
“Saya yakin setiap anak berhak tumbuh, hidup, dan berkembang, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi," pungkasnya.
Selain seminar nasional, pada kesempatan tersebut juga diadakan penandatanganan Nota Kerja Sama antara UIN Salatiga, DWP Kota Salatiga, DWP Kemenag, dan DP3APPKB, serta Yayasan Pulih dalam rangka mengurangi tingkat kekerasan seksual di masyarakat, khususnya di Kota Salatiga.
Bagikan: