Bandung (Pendis)- Salah satu tahap publikasi ilmiah adalah korespondensi. Sedangkan korespondensi yang dimaksud di sini adalah pengajuan artikel ke jurnal ilmiah berbasis open system.
Muhammad Daffa mulai melakukan korespondensi saat Semester 5 Tahun 2022. Korespondensi diawali dengan mencari scope (lingkup) jurnal ilmiah yang relevan dengan bidang studi.
"Lalu, submission atau pengiriman artikel ke jurnal ilmiah yang dituju (yang menjadi sasaran). Langkah yang ditempuh adalah register, login, dan submit," Rabu (17/5/2023).
Setelah complete submission giliran menunggu respon editor. Jika artikel sesuai aim and scope, maka editor meneruskan ke reviewer.
"Tugas reviewer melakukan tinjauan naskah. Karena itu, selalu ada perintah revisi, baik minor maupun major. Atau bahkan, artikel rejected (ditolak) untuk diterbitkan," paparnya.
Setelah menunggu hasil tinjauan, Muhammad Daffa melakukan revisi, translate, dan upload ulang naskah artikel hasil penyempurnaan. Proses korespondensi ini dijalaninya selama 5 (lima) bulan.
Tiba gilirannya, artikel Muhammad Daffa terbit (published) di jurnal ilmiah yang dituju. Saat itu, ia duduk di Semester 6 Jurusan Ilmu Hadis Tahun 2022.
Artikel Muhammad Daffa terbit di Jurnal Terakreditasi Nasional index Sinta 3. Di Tahun 2023 ini ia merupakan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Muhammad Daffa aktif di Kelas Menulis Fakultas Ushuluddin. Kelas Menulis berperan membantu kapasitas keterampilan mahasiswa dalam publikasi ilmiah, termasuk korespondensi.
Korespondensi menjadi praktik utama di Kelas Menulis. Sehingga dibutuhkan duta-duta yang bisa membagikan pengalaman praktis untuk praktik korespondensi.
Ada banyak mahasiswa yang punya pengalaman melakukan korespondensi sampai artikelnya terbit di jurnal ilmiah. Salah satunya Muhammad Daffa.
Muhammad Daffa berserta teman-teman lainnya diusung oleh Kelas Menulis sebagai duta dan model korespondensi publikasi artikel ilmiah. Tugas utamanya adalah melakukan pendampingan proses korespondensi bagi mahasiswa.
Korespondensi dibutuhkan niat, kemauan, kesungguhan, dan terakhir submit artikel ke jurnal ilmiah. Di samping kelayakan artikel, korespondensi membutuhkan kesiapan mental dan kesabaran. Sebab, korespondensi rata-rata menempuh waktu yang cukup panjang.
Melalui Muhammad Daffa dan kawan-kawan semoga Kelas Menulis makin serius dalam pendampingan korespondensi mahasiswa.
Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag., Founder Kelas Menulis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, "Selamat bertugas menjadi duta korespondensi," pungkasnya..
Bagikan: