Padangsidimpuan (Kemenag) – Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan kembali mencatat langkah penting dalam transformasi kemahasiswaan. Melalui Forum Group Discussion (FGD) yang digelar secara daring, kampus ini memfinalisasi Buku Strategi Pembinaan Organisasi Mahasiswa (SPOMA), sebagai panduan strategis pengembangan ormawa di era digitalisasi.
FGD yang berlangsung selama dua jam ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan—mulai dari pimpinan kampus, alumni, praktisi dunia usaha, tokoh muda, perbankan, hingga pejabat Kementerian Agama RI. Forum ini menjadi wadah kolaboratif untuk menegaskan komitmen bersama menghadirkan SPOMA sebagai pedoman pembinaan organisasi mahasiswa yang kontekstual dan berkelanjutan.
Rektor UIN Syahada, Muhammad Darwis Dasopang, membuka diskusi dengan menegaskan pentingnya SPOMA dalam membentuk karakter dan kepemimpinan mahasiswa. “SPOMA hadir bukan sekadar untuk mengatur organisasi, tapi untuk membentuk jiwa kepemimpinan, spiritualitas, dan keterampilan hidup. Ini bagian dari misi membentuk generasi pemimpin umat dan bangsa,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Papay Supriatna, Kasubdit Sarana dan Prasarana Direktorat PTKI Kemenag RI, menilai SPOMA sebagai inovasi pembinaan mahasiswa yang adaptif dengan zaman. “Ormawa bukan sekadar tempat berkegiatan, tetapi ruang tumbuhnya karakter, semangat kebangsaan, dan daya saing. Kita butuh pendekatan baru yang sesuai dengan generasi digital hari ini,” ujarnya.
Wakil Rektor III, Ikhwanuddin, mendorong pentingnya menyisipkan narasi kesejarahan dalam SPOMA. “Tanpa kesadaran sejarah, organisasi bisa kehilangan arah. Mahasiswa harus tahu perjalanan panjang ormawa dari masa ke masa untuk membentuk identitas perjuangan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DEMA, Sumber Rezeki, menyambut SPOMA sebagai manifestasi nyata komitmen kampus. “Kami ingin jadi mahasiswa yang punya arah dan kontribusi, bukan sekadar pengisi organisasi,” tegasnya.
Alumni sukses seperti pengusaha muda Riswan Efendi Hasibuan menekankan pentingnya pembinaan karakter dan tanggung jawab dalam SPOMA. “Mahasiswa harus dilatih jadi pribadi tangguh, bukan cuma kuat teori,” katanya.
Praktisi HRD Dwi Purwanto menambahkan bahwa SPOMA perlu diikuti dengan pelatihan berkelanjutan dan program magang. “Jangan berhenti di buku. Harus ada implementasi nyata dan sistem evaluasi yang berjalan,” jelasnya.
Dari sektor perbankan, Yudi dari Bank Indonesia Sibolga menilai pentingnya SPOMA mendorong inovasi dan literasi mahasiswa. “Kita perlu mahasiswa yang berpikir kreatif, bukan sekadar mengikuti arus,” tuturnya.
Kepala Biro UIN Syahada, Ali Murni, menegaskan bahwa SPOMA harus hidup dan dijalankan sebagai sistem pembinaan jangka panjang. “Buku ini bukan proyek sekali selesai. Harus diimplementasikan, dimonitor, dan dievaluasi secara berkala,” tegasnya.
Coach Neneng Maria Kiptyah dari Posbangkom Kemenag RI menambahkan bahwa SPOMA adalah milik bersama. “Ini bukan milik satu individu. Ini milik kampus dan umat. Semakin banyak yang merasa memiliki, semakin kuat keberlanjutannya,” tandasnya.
Reformer SPOMA, Ratonggi Hasibuan, menutup sesi dengan penuh haru dan apresiasi. “Apa yang kami lakukan mungkin kecil, tapi dengan dukungan semua pihak, kami jadi percaya diri. SPOMA ini akan kami sempurnakan dalam sepekan ke depan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa SPOMA dibagi menjadi tiga bagian utama: penguatan kelembagaan, pengembangan program pembinaan, dan pembangunan jejaring eksternal. “Mahasiswa harus mendapatkan nilai lebih dari ormawa: etika, kolaborasi, dan jaringan luas,” jelasnya.
FGD ini menjadi forum strategis untuk menyempurnakan isi SPOMA. Berbagai catatan dan masukan dari akademisi, alumni, tokoh ormas, hingga profesional menjadi bahan evaluasi demi penguatan substansi.
Selain isi, para peserta juga sepakat bahwa SPOMA harus disosialisasikan secara aktif melalui pelatihan, workshop, dan simulasi. “Buku tidak cukup. Harus dibumikan melalui gerakan nyata,” ungkap salah satu alumni.
Diskusi ini juga menunjukkan bahwa pembinaan kemahasiswaan membutuhkan sinergi berbagai pihak. SPOMA bukan pekerjaan satu unit, melainkan gerakan kolektif seluruh ekosistem kampus.
Menutup FGD, moderator menyampaikan harapan besar agar SPOMA dapat diimplementasikan mulai tahun akademik 2025/2026. Bahkan, sejumlah PTKIN dari luar daerah menyatakan ketertarikannya untuk mengadopsi model SPOMA UIN Syahada.
Dengan semangat kolaborasi dan pembaruan, SPOMA diharapkan menjadi tonggak baru dalam membentuk mahasiswa sebagai pemimpin masa depan—berkarakter, cakap digital, dan berkomitmen pada nilai-nilai kebangsaan dan keumatan.
Bagikan: