UM-PTKIN 2025: Panitia Nasional Fokus pada Mutu, Perketat Sistem SSE dari Kecurangan
Jakarta (Pendis)--Seleksi Ujian Masuk (UM) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) mendekati penutupan pendaftaran. Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) PTKIN mulai persiapkan mekanisme ujianya.
Proses seleksi pada PTKIN menjadi bagian penting dalam menjaga mutu, integritas, dan keadilan dalam dunia akademik. Menyadari hal tersebut , Panitia Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) PTKIN terus melakukan pembenahan mengingat semakin berkembang teknologi.
Sosialisasi dan mekanisme seleksi UM-PTKIN dihadiri oleh seluruh Pokja Lokal PTKIN, yang diselenggarakan melalui virtual zoom, Rabu (21/05/2025). Pertemuan ini tidak hanya menjadi forum teknis, tetapi juga menjadi titik refleksi untuk memperkuat tata kelola seleksi yang bebas dari kecurangan dan lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan peserta.
Ketua Panitia Nasional PMB PTKIN, Masnun Tahir, menekankan bahwa kerja keras dan komitmen kolektif sudah dilakukan untuk terus meningkatkan kualitas seleksi masuk PTKIN.
“Tentunya tim panitia nasional sudah sangat bekerja keras untuk terus meningkatkan kualitas Ujian Masuk PTKIN. Kita ingin proses ini bukan hanya lancar secara teknis, tetapi juga bermutu dan terpercaya,” tegasnya.
Masnun menggarisbawahi bahwa sistem berbasis elektronik seperti SSE membawa banyak manfaat, namun tetap harus dikawal secara ketat agar tidak membuka celah penyimpangan. “Teknologi memberi efisiensi, tapi integritas harus dijaga. Kita harus membuktikan bahwa seleksi digital bisa tetap adil, objektif, dan akuntabel,” tambahnya.
Di balik kecanggihan sistem, keberhasilan seleksi tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai etika dan mutu. Hal ini disampaikan dengan tegas Zul Fahmi selaku Koordinator Penjaminan Mutu, yang menjadi pengawal utama akuntabilitas proses seleksi.
“Kita harus menjaga transparansi, kualitas, serta nilai keadilan dan kejujuran dalam setiap tahap seleksi. Bukan sekadar teknis, tetapi soal komitmen moral,” ujarnya.
Zul menambahkan, mutu tidak bisa dipisahkan dari integritas. Tetapi membangun ekosistem seleksi yang bisa dipercaya oleh semua pihak: peserta, orang tua, kampus, dan masyarakat luas.
“Dari mutu pelaksanaan SSE merupakan proses jangka panjang. Diperlukan sistem audit, evaluasi menyeluruh, serta kesediaan untuk terus memperbaiki diri,” imbuhnya.
Sistem Seleksi Elektronik (SSE) telah menjadi tulang punggung pelaksanaan ujian masuk pada PTKIN. Dalam penggunaan SSE memungkinkan peserta mengikuti ujian secara daring, fleksibel, dan efisien. Namun, dengan semakin berkembang teknologi semakin terdapat tantangan besar, terutama dalam aspek keamanan data, pengawasan, dan pengendalian potensi kecurangan.
“Kualitas SSE kita terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Banyak aspek yang sudah mengalami perbaikan dan hasilnya sangat positif, baik dari sisi teknis maupun pengalaman peserta, seperti mengantispasi adanya joki dan alat komunikasi dalam bentuk apapun yang dapat menimbulkan kecurangan pelaksanaan ujian SSE” terang Haris Setiaji, Koordinator Pokja SSE.
Harris menyebutkan bahwa inovasi teknis tengah dikembangkan, seperti pemantauan perilaku peserta, sistem pelacakan perangkat yang digunakan, hingga penggunaan algoritma cerdas untuk mendeteksi anomali dalam pola pengerjaan soal.
“Data-data setiap tahun kami kumpulkan, dianalisis, lalu jadi dasar perbaikan sistem. Ini upaya serius yang dilakukan sepanjang tahun, bukan hanya menjelang ujian,” pungkasnya.
Tags:
UMPTKINBagikan: