Benteng (Kemenag) – Menjelang satu dekade kiprah MAN Insan Cendekia Bengkulu Tengah (MAN IC Benteng) sebagai madrasah unggulan Kementerian Agama, lahirlah kisah luar biasa yang membanggakan: Iqbal Rasyid Achmad Faqih, siswa asal keluarga buruh harian, berhasil lolos Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2025 dan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), salah satu jurusan paling bergengsi di tanah air.
Iqbal bukan hanya berhasil mengubah keterbatasan menjadi kekuatan, tapi juga menjadi simbol keberhasilan madrasah dalam melahirkan generasi Islami, cerdas, dan berprestasi. Kisahnya menjadi titik terang dari konsistensi MAN IC Benteng dalam menyediakan akses pendidikan berkualitas tinggi, tak peduli dari latar belakang ekonomi siswa.
Perjalanan Iqbal dipenuhi dengan dedikasi dan semangat juang tinggi. Di bawah bimbingan guru Fisika, Yudi Maulana, potensi Iqbal semakin terasah. Ia menorehkan prestasi sejak di tingkat Kabupaten Bengkulu Tengah dengan menjadi Juara KSM Fisika, hingga akhirnya mewakili Provinsi Bengkulu pada KSM Nasional 2024.
Puncaknya, Iqbal mengharumkan nama Indonesia dengan meraih medali perak di ajang International Science and Invention Fair (ISIF) 2024.
Capaian luar biasa ini tidak terlepas dari lingkungan belajar kondusif yang diciptakan MAN IC Benteng. Fasilitas yang memadai, kultur akademik yang kuat, dan dukungan penuh dari guru-guru berdedikasi menjadi kunci sukses Iqbal dan siswa-siswa berprestasi lainnya.
“Iqbal adalah bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita. MAN IC Benteng akan terus menjadi rumah bagi mereka yang ingin bersinar,” ungkap Julita, Kepala MAN IC Bengkulu Tengah, dengan penuh bangga.
Kebanggaan juga datang dari Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, Muhammad Abdu, yang menyebut prestasi Iqbal sebagai “kabar emas” untuk dunia pendidikan Islam.
“Ini membuktikan bahwa madrasah mampu bersaing secara nasional, bahkan unggul di tingkat internasional. MAN IC Benteng menjadi teladan bahwa madrasah bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tapi juga pusat lahirnya calon pemimpin masa depan,” ujarnya.
Kakanwil juga menekankan pentingnya sinergi antara madrasah, guru, dan institusi Kemenag dalam membentuk karakter dan kualitas intelektual siswa. “Peran guru seperti Pak Yudi sangat krusial. Mereka adalah garda depan dalam menciptakan SDM unggul yang berakhlak dan berprestasi,” tambahnya.
Iqbal bukan sekadar siswa berprestasi. Ia adalah simbol harapan bagi jutaan anak Indonesia dari keluarga sederhana yang bercita-cita tinggi. Ia membuktikan bahwa dengan dukungan madrasah yang tepat, kerja keras, dan bimbingan guru yang peduli, segala mimpi bisa diraih.
Bagikan: