Tangerang (Pendis) -- Seremonial peringatan hari Disabikitas Internasional Kementerian Agama dengan mengusung tema Bersatu dalam aksi Bersama Penyandang Disabilitas untuk terlibat dalam Pembangunan Berkelanjutan dihelat di Tangerang, Senin (04/12/2023)
"Perlu kita pahami bersama bahwa pemberian fasilitas bagi anak-anak kita yang bertalenta khusus bukan merupakan keharusan konstitusi semata, melainkan menjadi keharusan yang berdasarkan keagamaan dan kemanusiaan, karena sejatinya semua agama sangat memuliakan manusia dalam kondisi apapun,” ungkap Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama Eny Retno Yaqut yang didaulat sebagai Bunda Inklusi dari Ditjen Pendidikan Islam dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 lalu.
Menurut Eny Retno Yaqut yang membersamai kegiatan sebagai keynote speaker melalui aplikasi zoom bahwa sesuai amanat PP No.13 tahun 2020, Kementerian Agama mendapat amanat dan berkomitmen memberikan fasilitas yang layak bagi peserta didik disabilitas yang belajar di Lembaga Pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama.
Prinsipnya tidak ada seorangpun yang boleh tertinggal “No one left behind” semua anak punya kesempatan dan peluang yang sama, dan semua pun bisa berprestasi dan mengembangkan talentanya masing-masing, tambahnya.
Selain itu, sangat penting juga untuk mengambil Langkah strategis yakni, deteksi dini penyandang disabilitas, memberikan perlakuan yang tepat kepada penyandang disabilitas dan memberikan dukungan lingkungan yang mendukung, seperti keluarga, kelas belajar dan kebijakan-kebijakan pendukung lain, ujarnya.
Hadir, Dirjen Pendidikan Islam Ali Ramdhani beserta jajarannya, Ketua DWP Kemenag RI, ketua DWP Ditjen Pendidikan Islam, pelajar disabilitas serta Forum Pendidik Madrasah Inklusi baik di tingkat pusat maupun wilayah.
“Pendidikan adalah proses untuk memanusiakan manusia, memuliakan manusia, dan menciptakan manusia bermartabat. Sementara Inklusi merupakan sebuah pola pikir bagaimana memberi kesempatan sama kepada semua anak, salah satunya untuk belajar di kelas yang sama,” tutur Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Kang Dhani demikian sapaan akrabnya, mengatakan pendidikan inklusif tidak hanya sebatas membuka akses difabel bisa mengenyam bangku pendidikan saja, tetapi juga bisa menjamin keberlanjutan dalam menjalani proses pendidikan.
“Jadikan madrasah sebagai rumah kedua dan guru sebagai orang tua kedua bagi anak didik”. Saya titipkan para difabel agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya,
mereka tidak menuntut dikasihani, yang mereka inginkan adalah dimengerti dan diberikan hak-hak mereka apa adanya sebagaimana manusia lainnya,”ucap Dhani.
Disampaikan Imam Bukhori mewakili Ketua Pokja Disabilitas Ditjen Pendis, pada Peringatan Hari Disabilitas Internasional kali ini, pengisi acaranya adalah anak-anak bertalenta istimewa yang berkolaborasi dengan teman-teman lainnya, artinya semua bisa berprestasi dan menunjukan talentanya jika diberikan kesempatan. “Mereka dilahirkan dengan kebutuhan khusus yang istimewa, sehingga kita yang harus memberikan perlakuan dan fasilitas yang istimewa kepada mereka,”pungkasnya.
Mengakhiri seremonial Hari Disabilitas Internasional ini, Dirjen Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani menerima sebuah buku berjudul "Arunika dalam Gulita" sebuah buku antologi puisi berisi harapan-harapan dari para difabel netra. di MAN Sleman Yogyakarta.
Tags:
madrasahBagikan: