Dosen Filologi dan Kajian Naskah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Hermansyah MTh MA Hum, menjadi narasumber utama di Diskusi Manu

Dosen Filologi dan Kajian Naskah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Hermansyah MTh MA Hum, menjadi narasumber utama di Diskusi Manu

Kuala Lumpur (Pendis) --- Dosen Filologi dan Kajian Naskah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Hermansyah MTh MA Hum, menjadi narasumber utama di Diskusi Manuskrip Melayu seri ke-5 yang diselenggarakan oleh Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA) Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) Malaysia secara daring.

Acara webinar berbayar yang mengusung tema “Peranan Manuskrip Falak di Aceh” diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan profesi dari beragam Negara, seperti Indonesia, Brunai Darussalam, dan Malaysia sendiri, Selasa (13/9/2022). 

Dalam pemaparannya, Hermansyah menjelaskan bahwa sanad keilmuan pengetahuan falak (astronomi) sudah terekam dari beberapa abad silam, sejak adanya kontak hubungan Aceh dengan bangsa-bangsa luar. Hal itu dikarenakan para pendahulu sebagiannya adalah pelaut dan pengembara.

“Saat datangnya Islam semakin memperkuat peranan ilmu falak di Aceh untuk hal-hal di bidang keagamaan, penanggalan dan aktivitas sehari-hari,”kata Hermansyah saat menjadi narasumber webinar Diskusi Manuskrip Melayu seri ke-5.

Lebih lanjut, Hermansyah menjelaskan bahwa secara keilmuan, ilmu falak sudah terekam dalam karya Syekh Nuruddin Ar-Raniry (m. 1658) berjudul Bad’u Khalqi as-Samawati wa al-Ardhi (Awal Penciptaan Langit dan Bumi) yang membahas alam semesta dalam perspektif tasawuf-eskatologi. Ulama asal India yang berkiprah pada masa sultan Iskandar Tsani (m. 1640) dan memiliki peranan penting dalam tradisi keilmuan di Aceh, termasuk ilmu falak.

Tokoh ulama lain setelahnya adalah Syekh Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri atau dikenal Syiah Kuala. Ulama asal Aceh yang pernah menempuh pendidikan selama 19 tahun di Haramain memiliki naskah penting tentang ilmu falak.

Generasi setelahnya adalah Syekh Abbas Kutakarang, yang dikenal sebagai bapak ilmu falak/astronomi di Aceh. Mengingat karya beliau berjudul Sirajuzh Zhalam fi Ma’rifati as-Sa’di wan Nahas fis Syuhur wal Ayyam. Terdapat kitab lainnya yang cukup dikenal “Tajul Mulok” yang merupakan kumpulan karangan Abbas al-Asyi.

Dalam presentasi Hermansyah ini juga menunjukkan beberapa keunikan dalam astronomi dan penanggalan Aceh, misalnya tentang keunong atau keuneunong, tabel penanggalan, surat fal, dan tokoh-tokoh ilmu dari era kesultanan Aceh hingga kemerdekaan.

Diskusi yang berlangsung lebih dari dua jam secara daring ditutup dengan tanya jawab dan diskusi. Hasil webinar tersebut akan ada tindak lanjut kajian-kajian bersama baik personal maupun kelembagaan