e-MPA Instrumen Penting Pelaksanaan Anggaran Bantu Pemeriksaan Keuangan

e-MPA Instrumen Penting Pelaksanaan Anggaran Bantu Pemeriksaan Keuangan

Pendis - e-MPA (Elektronik Monitoring Pelaksanaan Anggaran) sebagai sebuah aplikasi online koleksi, verifikasi dan validasi data realisasi anggaran menjadi penting karena tidak hanya mampu membantu memberikan deskripsi yang jelas tentang pelaksaaan anggaran, tetapi juga sebagai dokumentasi online yang bersifat "komputasi awan" sehingga pada saat pemeriksaan data keuangan beserta data dukungnya lebih mudah, cepat dan transparan.


Sebagai sebuah unit eselon I yang memiliki program dan anggaran paling besar di lingkungan Kementerian Agama RI, Ditjen Pendidikan Islam memiliki fungsi dan tanggung jawab yang sangat penting dalam hal penyerapan anggaran. Selain itu, signifikansi Ditjen Pendidikan Islam juga dibutuhkan sebagai satu elemen pendidikan dikarenakan porsi anggaran 20% bagi sektor pendidikan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang.


Dalam perspektif pembangunan, pendidikan merupakan instrumen yang paling essensial dalam meningkatkan kualitas bangsa. Oleh karena itu, anggaran dianggap sebagai bagian penting dalam mendukung program pendidikan. Anggaran pendidikan 20% dari sekitar 1300 triliun rupiah dari total APBN pada tahun 2013, Ditjen Pendidikan Islam memperoleh amanah untuk mengelola anggaran sekitar 37 triliun rupiah pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 sekitar 40 Triliun Rupiah.


"Anggaran yang tinggi harus diimbangi dengan SDM yang bagus untuk mengelola anggaran. Setiap rupiah yang kita salurkan harus dapat dipertanggungjawabkan sebaik-baiknya," ujar Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA dalam sambutan pembukaan kegiatan Penguatan Tenaga Pengelola Pelaporan Pengendalian Program Pendidikan Islam Tingkat Kanwil Tahun 2013 berbarengan dengan kegiatan Penguatan Tenaga Pengelola Data Pendidikan Islam Tingkat Kanwil/Kankemenag/PTAIN/Kopertais (Cluster Bogor 2) yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 24-27 September 2013.


Menurut Kamaruddin, Indonesia memiliki prestasi sebagai negara terbesar ke-empat di dunia dalam hal akses pendidikan. "Angka buta huruf Indonesia saat ini adalah sekitar 4.95%. Jadi cukup kecil. Pada tahun 1945 angka buta huruf Indonesia sekitar 74%. Jika dibandingkan dengan Mesir, angka buta huruf Mesir pada tahun 1945 sekitar 80%. Sekarang, angka buta huruf Mesir masih sekitar 30%. Jadi cukup bagus prestasi Indonesia berdasarkan data ADB dan AusAid," terang Kamaruddin.


Indonesia tidak memiliki alasan untuk tidak kaya dan maju dalam sektor pendidikan. Hal ini dikarenakan SDA yang berlimpah. Ketidakmajuan Indonesia salah satu penyebabnya adalah miss-management. Oleh karena itu, good governance dianggap sebagai solusi dalam manajemen pemerintahan. Sehingga, APBN bisa dipertanggungjawabkan terhadap publik. Salah satu solusi pertanggungjawabannya adalah melalui e-MPA (Elektronik Monitoring Pelaksanaan Anggaran). e-MPA diharapkan bisa berjalan efektif dan efisien. Hal ini bertujuan supaya ada perbaikan akuntabilitas secara nyata.


Meski aplikasi e-MPA ini terbilang baru, namun diharapkan mampu memberikan deskripsi yang jelas terhadap monitoring pelaksanaan anggaran/realisasi anggaran yang dilaksanakan oleh tiap satuan kerja yang berada di bawah naungan Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Selain itu, e-MPA ini juga diharapkan mampu membantu mempermudah dalam hal pemeriksaan keuangan baik oleh Inspektorat Jenderal maupun BPK karena seluruh data realisasi terpapar jelas beserta dengan data dukungnya. Selain itu seluruh pegawai Ditjen Pendidikan Islam juga diminta untuk bisa berperan sebagai agent of change bagi Kementerian Agama RI.


"Peserta muda mempunyai energy yang fresh yang diharapkan dapat memberikan output yang luar biasa bagi Ditjen Pendidikan Islam. Disini dibekali peningkatan kompetensi dan membangun komitmen kita bersama. e-MPA instrumen yang perfect, jika pemeriksa datang, berikan saja datanya, Satker terbanyak berada di Pendis, ini hal yang challenging bagi Pendis. Dengan kegiatan ini selain mampu meningkatkan kompetensi peserta diharapkan juga menumbuhkan self of belonging & responsibility," ungkap Kamaruddin.

(sya/ra)
Tags: