IAIN Palu Rancang Pembangunan Gedung Kuliah Tahan Gempa

IAIN Palu Rancang Pembangunan Gedung Kuliah Tahan Gempa

Palu (Pendis) - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, menggunakan dana bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/non-rupiah murni) membangun dua gedung perkuliahan di Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi pasca bencana gempa dan likuefaksi menghantam kabupaten itu.

"Pembangunan gedung perkuliahan dan lainnya harus berbasis tahan gempa. Harus bisa bertahan lama dan tidak mudah rusak saat gempa mengguncang dan ini tidak bisa ditawar-tawar, gedung terdiri dari tiga lantai berkapasitas 24 ruang kelas belajar," kata Rektor IAIN Palu Sagaf S. Pettalongi di Palu, Kamis (31/01).

Menurutnya pembangunan dua gedung perkuliahan akan mulai dilakukan tahun 2019 ini di Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi dengan menggunakan anggaran yang bersumber dari SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) tahun 2018 senilai Rp 25 miliar di area seluas kurang lebih 25 hektar.

Ia berharap, tim perencanaan dan konsultan perencana pembangunan dua gedung tersebut, harus merancang gedung yang tahan gempa dan mampu bertahan hingga puluhan tahun, dan bukan rancangan gedung yang biasa saja.

"Jadi tim perencanaan harus memperhatikan hasil-hasil penelitian tim ahli geologi dan para ahli kontur tanah, mengingat lokasinya terletak di Kabupaten Sigi yang merupakan salah satu daerah yang dilalui Sesar Palu-Koro atau jalur gempa," ucapnya.

Sagaf menjelaskan, dari hasil penelitian para ahli kampus II IAIN Palu di Sigi masuk dalam kategori daerah rawan gempa, namun berdasarkan penelitian dari Kementerian PUPR lokasi kampus II, IAIN Palu di Desa Pombewe Kabupaten Sigi ini dapat dimanfaatkan untuk rekonstruksi dan pembangunan yang disertai dengan aspek lingkungan dan ekologis.

Hal yang sama juga disampaikan Akademisi Fakultas Teknik Untad sekaligus penyusun dokumen perencanaan Anwar Dolu. Lokasi kampus II IAIN Palu di Sigi hanya berjarak kurang lebih 750 meter dengan lokasi likuefaksi di Desa Jono Oge. Namun, lokasi kampus II itu berjarak 8 kilometer dengan jalur patahan atau Sesar Palu Koro. Oleh karena itu, pembangunan harus mengedepankan konsep tahan gempa dengan struktur bangunan normal yaitu gedung perkantoran, bangunan sekolah, toko, dan sebagainya seperti umumnya.

"Desain pembangunan gedung tidak menggunakan desain dengan struktur berespon elastik tanpa mengalami kerusakan karena tidak ekonomis," terang Anwar. (Hikmah/dod)


Tags: