Batam (Pendis) - Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Sesditjen Pendis), Moh. Isom Yusqi, mengajak para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Ditjen Pendidikan Islam untuk membangkitkan budaya sadar data dan dokumen. Hal itu disampaikan Isom ketika menjadi narasumber pada acara Konsinyir dan Sinkronisasi Data SIMPEG Pusat dan Daerah pada Kamis (12/04) di Batam.
"Pada umumnya kesadaran kita terhadap data dan dokumen masih sangat rendah, padahal itu sangat penting sebagai landasan dalam mengambil kebijakan. Jika datanya salah, maka kebijakan yang diambil juga akan salah," terang Isom di hadapan peserta yang terdiri dari para operator SIMPEG pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
Isom menyayangkan bahwa setiap tahun terjadi pagu minus pada Ditjen Pendidikan Islam. Dari pagu minus tersebut, sebagian besar berasal dari belanja pegawai. Menurutnya, hal ini disebabkan data kepegawaian yang tidak valid dan reliabel.
"Dalam penganggaran kita sering menggunakan data proyektif, yakni hanya menambahkan dari anggaran tahun sebelumnya, akibatnya terjadi pagu minus, padahal seharusnya didasarkan pada data yang valid," tambah Guru Besar IAIN Ternate ini.
Pada konteks pengelolaan data pada PTKIN, Isom berharap pengelolaan tidak hanya sebatas data statis seperti nama, tanggal lahir, pangkat dan golongan, tetapi juga data dinamis seperti buku, jurnal, penelitian dan prestasi-prestasi yang dihasilkan dosen. Hal ini akan memudahkan pengembangan karir dan profesi dosen yang bersangkutan.
Acara Konsinyir dan Sinkronisasi Data SIMPEG Pusat dan Daerah ini berlangsung selama 3 (tiga) hari, yakni pada 11 s.d 13 April 2018 di Batam dan diselenggarakan oleh Bagian Organisasi, Kepegawaian dan Hukum Ditjen Pendidikan Islam. (nanang/dod)
Bagikan: