Depok (Kemenag) – Tenaga Ahli Menteri Agama Bidang Hubungan Antar Kelembagaan, Muhammad Ainul Yakin, menekankan pentingnya peran Humas dalam memperkuat citra dan narasi positif Kementerian Agama, khususnya terkait pendidikan Islam. Pesan ini disampaikan Gus Yakin, sapaan akrabnya, saat membuka acara Media Gathering Koordinasi Humas dan Publikasi Tahun 2024, yang digelar pada Ahad (22/12/2024) malam.
"Kita berkumpul hari ini untuk berpikir, berdiskusi, dan berkoordinasi tentang tantangan dan peluang yang harus kita sikapi dengan strategi yang matang, adaptif, dan kolaboratif," ujarnya.
Gus Yakin mengingatkan bahwa era digital menuntut adaptasi teknologi yang lebih cepat, baik di lingkungan madrasah maupun perguruan tinggi keagamaan. Ia membagikan pengalaman inspiratif tentang dosennya yang telah menerapkan pembelajaran daring lintas negara pada 2005-2006.
"Beliau sudah mengajarkan mahasiswa di Jepang dan Amerika Serikat secara daring jauh sebelum pembelajaran daring menjadi tren global. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi bukanlah sesuatu yang baru, tetapi harus terus diperkuat," tegasnya.
Ia mengapresiasi berbagai terobosan digital yang telah dilakukan Kementerian Agama, termasuk penghargaan dari Komisi Informasi Publik atas inovasi dalam pengelolaan informasi. “Inovasi ini menjadi bukti komitmen kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam secara berkelanjutan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Gus Yakin menyoroti peran vital komunikasi publik dalam mendukung keberhasilan program-program Kementerian Agama. Ia mengutip pengalamannya dalam studi administrasi publik: “90% masalah dapat diselesaikan dengan komunikasi yang baik, sedangkan 90% masalah justru muncul dari komunikasi yang buruk. Ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk meningkatkan kapasitas komunikasi.”
Humas Ditjen Pendis, menurutnya, harus lebih proaktif memanfaatkan platform digital, seperti media sosial, untuk mendekatkan program-program pendidikan Islam kepada masyarakat. Namun, ia juga menekankan perlunya melibatkan akademisi, pengamat, dan tokoh publik dalam membangun narasi positif. “Diskusi terbuka dengan pihak eksternal akan memperkaya perspektif dan memperkuat opini publik yang mendukung,” jelasnya.
Dalam sambutannya, Gus Yakin juga menyinggung isu strategis terkait alokasi anggaran untuk pendidikan Islam yang dinilai masih belum sebanding dengan kontribusi historis dan kualitas lembaga pendidikan Islam.
"Madrasah telah menjadi bagian penting dari sejarah bangsa ini bahkan sebelum kemerdekaan. Sayangnya, pengakuan dalam bentuk dukungan anggaran masih belum maksimal. Sebagai contoh, MAN Insan Cendekia Serpong, yang dikenal sebagai salah satu lembaga pendidikan terbaik, belum mendapat publikasi yang setara dengan sekolah umum lainnya," ungkapnya.
Humas Ditjen Pendis, tambahnya, memiliki peran strategis dalam menampilkan keunggulan pendidikan Islam kepada khalayak luas. “Publikasi yang kuat akan memperkuat persepsi positif tentang kualitas madrasah dan perguruan tinggi keagamaan yang ada,” ujarnya.
Gus Yakin menutup sambutannya dengan mengajak jajaran Humas untuk menjalin sinergi dengan berbagai pihak, termasuk akademisi, media independen, dan pengamat. “Melibatkan pihak eksternal dalam membangun narasi akan memberikan kredibilitas lebih tinggi, terutama dalam menghadapi isu-isu sensitif dan misinformasi yang kerap muncul di masyarakat,” katanya.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan Islam bukan hanya tugas internal, tetapi memerlukan dukungan semua pihak. "Mari kita jadikan pendidikan Islam sebagai motor penggerak perubahan, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memperkuat nilai-nilai keagamaan di tengah masyarakat,” pungkasnya.
Bagikan: