Jakarta (Pendis) - Serapan anggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam pada tahun 2016 adalah terbesar dalam enam tahun terakhir. Hal ini menjadi salah satu bukti kerja keras jajaran Direktorat Jenderal yang bertugas menangani pendidikan Islam di bawah Kementerian Agama. Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Moh. Ishom Yusqi melaporkan bahwa tahun anggaran 2016 sebagai tahun dengan serapan anggaran tertinggi dalam enam tahun terakhir. Secara berturut-turut, serapan anggaran Pendidikan Islam pada tahun 2011:93,18%, 2012:92,77%, 2013:91,61%, 2014:86,85%, 2015:91,63% dan 2016: 95,04%.
Tingginya serapan Ditjen Pendidikan Islam, menurut Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin telah menyumbang signifikan bagi serapan tertinggi Kementerian Agama diantara 10 Kementerian/Lembaga dengan anggaran terbesar pada tahun 2016. Di hadapan para pejabat II, III dan IV Ditjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin mengatakan, capaian serapan anggaran tertinggi tersebut adalah hanya salah satu indikator keberhasilan. "Kita perlu meningkatkan terus-menerus layanan manajemen, agar kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat dapat dirasakan," ujar Kamaruddin.
Untuk itu, Kamaruddin Amin melontarkan perlunya knowledge management (manajemen pengetahuan) yang digunakan oleh Pendis agar dapat mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam mengembangkan layanan organisasi. "Dengan manajemen pengetahuan kita akan mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi," tandas Dirjen Pendis.
Terkait dengan pemikiran inovatif, Kamaruddin mengharapkan agar para pejabat di bawahnya menelorkan gagasan-gagasan baru di unit kerjanya masing-masing, salah satunya dengan perpustakaan digital yang akan digunakan oleh kalangan pesantren, pendidikan tinggi dan juga madrasah. "Para pejabat dan JFU Pendis juga harus mampu memerankan sebagai juru bicaranya pendidikan Islam menuju Pendis goes to medis," harap Kamar.
Selain itu lanjut Kamaruddin Amin adalah kita harus mampu menerapkan management risk (manajemen resiko) untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian dari apa-yang kita kerjakan sehari-hari dalam pekerjaan kita. Disadari oleh Kamar, kita selama ini memakai manajemen seadanya apalagi memakai managemen risk, yang berorientasi prediksi dalam kita melaksanakan tugas pada kementerian ini.
Moh. Ishom Yusqi pada acara Rapim Pimpinan Lengkap Ditjen Pendidikan Islam berkali-kali menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi atas prestasi dan kerja keras bersama sehingga Pendis bisa menyerap anggaran dengan capaian yang membanggakan. Jika dilihat dari capaian antar Direktorat, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren memiliki serapan yang paling tinggi, yaitu sebesar 98,37%; disusul oleh Direktorat PAI sebesar 93,96%; Direktorat Pendidikan Madrasah 91,76%; dan terakhir Direktorat Pendidikan Tinggi Islam sebesar 84,09% dari total anggaran Pendis sebesar Rp 46,968 Trilyun.
Pada kesempatan rapim itu diserahkan DIPA RKA-KL Pendidikan Islam oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam kepada para pejabat eselon II. (ruchman basori/dod)
Bagikan: