Guru Inovatif Pencetak Generasi Kreatif Madrasah

Sabtu, 19 November 2022 19:22 WIB
Pendis

Ilustrasi Siswa Madrasah

Guru Inovatif Pencetak Generasi Kreatif Madrasah

Oleh : Fathoni Ahmad 

Murid kreatif baik di madrasah maupun sekolah lahir dari sosok guru inovatif, terutama dalam mengembangkan media pembelajaran dan memahami potensi anak didiknya. Salah satu prinsip pedagogik menerangkan bahwa keberhasilan pembelajaran di kelas tergantung kualitas guru, kualitas guru ada pada hebatnya kepala sekolah, hebatnya kepala sekolah terletak pada kompetensi mumpuni dari para pengawas pendidikan, dan seterusnya hingga vertikal ke atas. Ini menunjukkan bahwa masing-masing pengambil kebijakan mempunyai peran penting dalam mencetak generasi kreatif.
 
Mengapa demikian? Argumentasi logis bisa diarahkan pada peran sentral para stakeholders tersebut. Anak didik merupakan individu yang memerlukan pengarahan dan bimbingan guru dari setiap materi dan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan. Begitu juga dengan posisi kepala sekolah dan pengawas pendidikan yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidikan.

Untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang terintegrasi dengan kemajuan zaman, stakeholders pendidikan tersebut harus mempunyai kreativitas untuk mengolah pembelajaran. Karena pembelajaran yang kreatif akan memunculkan generasi yang kreatif pula, terutama dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus menerus berbuah kemajuan.
 
Berpikir kreatif perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa oleh guru sehingga menciptakan generasi dengan kreativitas tinggi. Namun demikian, pada tataran peserta didik, mengembangkan kreativitas dalam ranah kecakapan hidup lebih krusial sehingga mereka lebih siap ketika menghadapi jenjang yang lebih fokus dalam menempuh pendidikan berikutnya.
 
H.A.R Tilaar dalam Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional (2012) menjelaskan berpikir kreatif sangat perlu dikembangkan pada kemampuan siswa agar tumbuh generasi yang memiliki jiwa entrepreneursip tinggi. Jadi para entrepreneursip tidak hadir dari ruang kosong, tetapi ditumbuhkan melalui pembiasaan berpikir kritis, kreatif, juga berpikir kompleks.
 
Bagaimana caranya? Tentu untuk menjawab pertanyaan ini juga memerlukan para pendidik kreatif yang mampu mengolah materi ajar menjadi energi pendorong kreativitas berpikir siswa melalui berbagai metode pembelajaran.
 
Embrio kreativitas hadir ketika keingintahuan secara epistemologis selalu bersemayam dalam diri pendidik atau guru. Tahap berpikir ini merupakan dasar berpikir kritis dari seorang guru. Guru yang berpikir kritis tidak menerima apa adanya yang telah diteliti maupun yang disampaikan oleh para pakar.
 
Dari proses tersebut, bisa dipahami bahwa seorang pendidik yang kritis akan mempertanyakan ketentuan-ketentuan yang telah dianggap baku dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Sikap baku ini tidak akan menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Di titik inilah kreativitas lahir dari tahap berpikir kritis atas segala sesuatu yang dianggap baku.
 
Tidak terpungkiri bahwa manusia abad ke-21 adalah manusia yang terbuka (inklusif), tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan sebelumnya yang serba baku. Dia harus memiliki epistemologi baru yang tidak menerima begitu saja secara positivistik hal-hal yang dihadapinya. Di sini terlihat manusia berpikir secara positivistik yang melawan arus. Sikap kritis inilah yang menjadikan manusia mampu berpikir kreatif sehingga proses ini bisa dikatakan menjadi landasan kreativitas dan entrepreneurship.

Pengembangan kreativitas dan entrepreneurship harus menjadi tujuan pendidikan bagi seorang guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, dan seluruh masyarakat. Utamanya dalam proses pembelajaran di sekolah, materi ajar dan kurikulum harus diarahkan kepada tumbuh kembang kreativitas siswa. Proses manisfestasi kreativitas memang tidak mudah bahkan proses internalisasinya bisa lama jika tidak mampu mempraktikannya secara bermakna (meaningfull).
 
Karena meaningfull ini menjadi kriteria utama dalam mengembangkan kreativitas. Sejatinya guru membiarkan siswa mengeksplorasi kompetensinya. Tetapi secara makna, guru membiarkan kincir-kincir kreativitas yang ada dalam otak anak didik bisa tumbuh berkembang dengan baik. Jadi, bisa dikatakan bahwa berpikir kreatif yang akan menghasilkan manusia-manusia entrepreneurship yaitu proses berpikir pada hal-hal substantif. Muara dari semua tahapan berpikir yang telah dijelaskan di atas yaitu inovasi.
 
Saat ini, madrasah tidak hanya mengembangkan kecakapan budi pekerti melalui nilai-nilai ajaran agama, tetapi juga sudah meningkatkan kapasitas dan kreativitas anak didiknya di bidang sains dan teknologi. Murid madrasah ramai-ramai mengembangkan teknologi robotik yang setiap tahunnya dikompetisikan oleh Kementerian Agama. Begitu juga dengan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) berhasil telah mengubah pandangan masyarakat bahwa selama ini madrasah dianggap hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran agama.
 
Meskipun sains, teknologi, dan ilmu-ilmu umum saat ini mendapat tempat di madrasah dalam mengembangkan kreativitas anak didik, madrasah tetap menginternalisasi nilai-nilai agama ke dalamnya. Demikianlah yang disebut dengan integrasi keilmuan berbasis kognitif (pengetahuan) dan afektif (budi pekerti).
 
Sebab, di antara hal penting dalam setiap penyampaian materi pelajaran yaitu usaha untuk menyisipkan nilai-nilai agama dan moral di dalam ilmu umum. Belakangan, langkah ini disebut dengan pendidikan karakter. Tetapi sebelum pendidikan karakter ramai dibincangkan, metode insersi lebih dulu muncul.
 
Tayar Yusuf dalam Keragaman Teknik Evalusi dan Metode Penerapan Jiwa Agama (1987) menjelaskan bahwa metode insersi adalah upaya menginternalisasi jiwa agama dalam bentuk nilai-nilai melalui ilmu-ilmu umum. Tulisan singkat ini bermaksud mengurai strategi penanaman (internalisasi) nilai-nilai agama atau jiwa agama melalui ilmu umum.
 
Metode ini diterapkan agar siswa tidak terlepas dari nilai-nilai spiritual di setiap ilmu yang dipahaminya. Hal ini dapat mewujudkan generasi kokoh, baik dalam sisi moral, sosial, intelektual, dan spiritual. Tentu kecakapan komplit ini sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu memanusiakan manusia sehingga manusia tersebut juga mampu memanusiakan manusia lain. Tujuan ini menjadi bukti bahwa pendidikan melalui penerapan jiwa agama merupakan investasi sepanjang hayat (life long investment).
 
Metode insersi ini dapat dilakukan oleh guru sebagai agenda kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Maksud tersembunyi ini yaitu menyisipkan nilai-nilai agama ketika menerangkan materi atau mengadakan evaluasi materi. Hal ini dilakukan agar guru tidak dinilai mencampuradukkan berbagai materi oleh siswa. Selamat mencetak generasi kreatif madrasah.


====================

Artikel ini diterbitkan dalam rangka Peringatan Hari Guru 25 November bertema "Berinovasi Mendidik Generasi" oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI


Bagikan:







Pendis
SIMPATIKA

Sistem Pendataan Informasi Tenaga Kependidikan

Pendis
KKGTK

Kelompok Kerja Guru Tenaga Kependidikan

Pendis
AKGTK

Asesmen Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan

Pendis
SISFODEMA

Sistem Informasi Dosen dan Mahasiswa

Pendis
SILABA

Sistem Layanan Bantuan Pendidikan Agama Islam

Pendis
SIAGA

Sistem Informasi dan Administrasi Guru Agama

Pendis
SIKAP

Sistem Administrasi Keagamaan dan Pesantren

Pendis
BEASISWA

Sistem Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMBA

Sistem Informasi Manajemen Bantuan Pesantren

Pendis
SILADIKTIS

Sistem Informasi Layanan Pendidikan Tinggi

Pendis
SIPPRO

Sistem Informasi Pengajuan Program Studi Baru

Pendis
PENYERTAAN IJAZAH

Layanan Penyetaraan Ijazah Luar Negeri

Pendis
SIMSARPRAS

Sistem Informasi Sarana Prasarana Madrasah

Pendis
RDM

Rapor Digital Madrasah

Pendis
SIMPRO

Sistem Monitoring Perkembangan Proyek

Pendis
CENDIKIA

Koleksi Elektronik Buku Pendidikan Agama

Pendis
KIP KULIAH

Program beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Agama

Pendis
SERDOS

Sistem Sertifikasi Dosen Pendidikan Agama

Pendis
PAKPTK

Layanan Aplikasi Penilaian Angka Kredit PTKI

Pendis
SIMSARPAS PTKI

Sistem Informasi Manajemen Sarana Prasarana PTKI

Pendis
LITAPDIMAS

Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendis
BEASISWA TIMTENG

Layanan Beasiswa Timur Tengah

Pendis
SITREN

Sistem Layanan Tanda Daftar Keberadaan Pesantren

Pendis
IJOP PDMA

Selamat datang di layanan Ijin Operasional PDMA

Pendis
SIPDAR LPQ

Tanda Daftar Lembaga Pendidikan Al-Quran

Pendis
PBSB

Program Beasiswa Santri Berprestasi

Pendis
SIMORA

Sistem Informasi dan Manajemen PBSB

Pendis
KEMANDIRIAN PESANTREN

Sistem Informasi Kemandirian Pesantren

Pendis
SPACE

Sistem Pembelajaran Agama Cara Elektronik

Pendis
PDUM

Pangkalan Data Ujian Madrasah

Pendis
AKMI

Aplikasi Pendataan Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
PORTAL AKM

Portal Asesmen Kompetensi Madrasah

Pendis
APP MADRASAH

Sistem Kelembagaan dan Kerjasama Madrasah

Pendis
ERKAM

Sistem Perencanaan dan Penganggaran

Pendis
BOS KEMENAG

Bantuan Operasional Sekolah Kemenag

Pendis
IJOP SAH

Izin Operasional Pendirian Madrasah