Aceh (Pendis) - Pada tahun 2023, Kepala Madrasah yang belum mengikuti pelatihan menjadi Kepala Madrasah, disertakan dalam pelatihan khusus yang disebut dengan Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah.
Melalui dukungan proyek REP MEQR, 200 Kepala Madrasah dibagi ke dalam 5 angkatan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, M. Ali Ramdhani menyatakan pelatihan ini sangat penting, mengingat kepala madrasah adalah pemimpin.
"Tentunya seorang Kepala lembaga pendidikan harus mampu menunjukkan kepemimpinan dalam pembelajaran," tegas Ramdhani.
Menurut Kepala Subdit Bina GTK MA/MAK sekaligus Wakil PMU Yang menjadi koordinator komponen 3, Anis Masykur mengatakan kepemimpinan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi yang harus melekat pada seorang kepala madrasah.
"Materi pelatihan didesain agar para Kepala madrasah memiliki kepemimpinan yang transformatif," kata Anis.
Materi-materi baru pelatihan antara lain ABCD (Asset Based Community Developmeny) dan implementasi kurikulum merdeka. Model pelatihan yang biasa dipergunakan untuk menggerakkan komunitas, kini dimodifikasi dan dipergunakan untuk menggerakkan civitas akademika madrasah.
"Hingga kini, kami memiliki 1050 kepala madrasah yang memiliki keinginan ikut PKKM ini. Karena keterbatasan kuota, maka dilakukan seleksi kepesertaan kegiatan ini." terang Anis.
Selain itu, dihadirkan pula para kepala madrasah yang dipandang sukses memimpin madrasahnya untuk berbagi pengalaman dalam mengembangkan madrasah.
"Dari zero to hero," kira-kira spirit itu yang ditanamkan. Mengelola madrasah adalah mengelola dengan penuh keterbatasan, termasuk keterbatasan pembiayaan dan pendanaan. Namun, seyogyanya hal ini tidak dijadikan sebagai sumber alasan untuk tidak bergerak untuk mengembangkan madrasah.
Anis berharap pelatihan ini akan memberikan inspirasi sekaligus pengalaman berharga bagi kepala madrasah peserta pelatihan.
Pada saat menyampaikan materinya di kegiatan pelatihan angkatan 3 di Aceh, Anis Masykhur mengingatkan bahwa para kepala madrasah memiliki tugas mulia dan besar. Ia harus mampu memotivasi para guru untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat dan memiliki kemampuan adaptif terhadap perubahan zaman. Spirit ini tentunyq harus ditularkan ke peserta didik.
Hal lain, ia juga mengingatkan bahwa madrasah ataupun kurikulumnya tidak akan selalu mampu mengejar atau menyesuaikan perkembangan zaman yang sangat dinamis ini.
"Model pendidikan yang melahirkan lulusan dengan kompetensi adaptif, adalah tujuan utama pendidikan," kata Anis lebih lanjut.
Memang, seyogyanya pendidikan dapat membekali para siswa memiliki "Kunci T" untuk menghadapi kehidupan. Jika seorang pencuri, ketika hendak merencanakan pencurian, dia tidak akan membawa banyak kunci. Cukuplah di sakunya "Kunci T" yang fleksibel dan saat dipergunakan untuk membobol pintu rumah, mencuri motor atau mobil, dan lain sebagainya.
Seyogyanya lulusan lembaga pendidikan madrasah harus demikian adanya. Dengan modal "Kunci T" kehidupan, dia bisa cepat beradaptasi ketika menghadapi tantangan kehidupan di depannya.
Singkat kata, dengan apapun latar belakang bidang ilmu pendidikannya, ketika ia berhadapan dengan dunia usaha atau bisnis, ia cepat belajar menjadi "pengusaha", ketika di hadapanya adalah pertanian, ia cepat dapat menyesuaikan dengan profesi petani, dan lain sebagainya.
Itulah yang menjadi tugas Kepala Madrasah yang transformatif. "Mereka memerdekakan dan membebaskan,” katanya menyimpulkan.
Bagikan: