Lombok (Pendis) - Kementerian Agama RI melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melakukan pelatihan penguatan kapasitas madrasah inklusif. Kegiatan ini menghadirkan 10 narasumber tingkat nasional yang terdiri dari akademisi, praktisi, serta pengawas madrasah.
Kasubdit Bina GTK RA Irhas Sobirin menyampaikan, kegiatan ini sebagai salah satu dukungan Kementerian Agama untuk meningkatkan mutu pembelajaran inklusif bagi guru, kepala dan tenaga kependidikan di madrasah secara nasional. Menurutnya, melalui pelatihan penguatan kapasitas madrasah inklusif, meniscayakan seluruh komponen pada satuan pendidikan dapat inklusif.
“Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak bangsa yang berhak dan selayaknya mendapatkan Pendidikan, selayaknya anak-anak didik lainnya,” ujar Irhas di Lombok pada Jum'at (14/07/2023).
Guru madrasah, lanjut Irhas, harus memahamai persoalan ABK secara menyeluruh. Oleh karena itu sangat diperlukan sebuah pelatihan yang bisa membekali guru madrasah tentang penanganannya. Terutama pada madrasah-madrasah yang telah menyelenggaran pendidikan inklusif.
"Untuk menangani ABK, guru madrasah perlu terus ditingkatkan baik dalam hal kemampuannya, ketrampilannya maupun pengetahuannya," tukasnya.
Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Amin mengapresiasi pelaksanaan kegiatan penguatan madrasah inklusi yang dilaksanakan di NTB. "Kami berharap kegiatan ini menjadi contoh baik untuk Pendidikan inklusi di madrasah," harapnya.
Amin juga berharap kegiatan ini dapat diimplementasikan di daerah masing-masing dan berimbas secara positif bagi para guru untuk ABK di Indonesia. “Saat ini di NTB baru 7 (tujuh) madrasah inklusi yang mendapatkan SK, oleh karena itu madrasah lainnya segera mengikuti program ini agar segera mendapat SK,” ujarnya.
Amin menghimbau kepada para peserta, setelah mendapat bekal dari kegiatan ini, agar dapat diimplementasikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus di daerah masing-masing. Ia berpesan agar guru madrasah mempunyai komitmen dan kemampuan untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Karena menurutnya, sehebat apapun kurikulumnya, apabila tidak ada komitmen dari para guru maka tidak akan memiliki dampak besar dalam pendidikan.
Ketua FPMI Nasional, Supriyono menuturkan kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk memajukan pendidikan inklusi di Indonesia. Tentunya materi yang diajarkan mencakup topik esensial tentang paradigma, konsep, dan landasan pendidikan inklusif/ Gedsi, identifikasi, asesmen, profil ABK, serta program pembelajaran individual.
Supriyono juga menyampaikan para peserta nanti mendapatkan pemahaman tentang kurikulum pembelajaran dan program kebutuhan khusus, pengelolaan dan pengembangan madrasah inklusi, monitoring dan evaluasi, serta penjaminan mutu madrasah inklusi.
Peserta pada kegiatan ini terdiri dari 45 kelas A dan 45 kelas B perwakilan guru, kepala dan tendik di madrasah.
Bagikan: