Jakarta (Kemenag) — Kementerian Agama menegaskan pentingnya pelaksanaan Masa Taaruf santri baru yang edukatif dan ramah anak. Penegasan ini disampaikan dalam sosialisasi daring yang digelar pada Kamis (13/6/2025), dan diikuti oleh ratusan perwakilan pesantren dari seluruh Indonesia.
Acara dibuka oleh Direktur Pesantren, Basnang Said, yang menyampaikan pentingnya masa taaruf sebagai fondasi awal pembinaan karakter santri. “Masa taaruf adalah ruang perkenalan nilai-nilai pesantren dengan pendekatan kasih sayang, bukan tekanan atau kekerasan,” tegas Basnang dalam sambutannya dari Madinah, Arab Saudi, tempat ia sedang menjalankan tugas negara.
Basnang juga mendorong pesantren untuk semakin terbuka dalam menyampaikan nilai dan aktivitasnya ke publik sebagai bentuk pertanggungjawaban sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. “Publikasi yang masif akan menguatkan citra pesantren sebagai lembaga pendidikan yang aman, moderat, dan mendidik,” tambahnya.
Sementara itu, Kasubdit Pendidikan Pesantren Salafiyah dan Kajian Kitab Kuning, Yusi Damayanti, menekankan bahwa masa taaruf harus bebas dari praktik kekerasan, perundungan, maupun perpeloncoan. “Kami ingin memastikan seluruh pesantren menyelenggarakan masa taaruf secara humanis, inklusif, dan berorientasi pada perlindungan anak,” jelasnya dalam sesi pemaparan kebijakan.
Untuk memperkaya wawasan peserta, sosialisasi ini menghadirkan Nyai Ernawati Siti Syajaah dari Pondok Pesantren Nurul Huda Cibojong, Garut. Ia berbagi praktik baik dalam menyambut santri baru dengan pendekatan kekeluargaan dan penghargaan terhadap martabat anak. “Keberhasilan taaruf bukan diukur dari ketegasan, tetapi dari rasa diterima dan dihargainya santri sejak hari pertama,” ujarnya.
Acara ditutup dengan sesi dialog interaktif yang disambut antusias oleh para pengasuh dan ustaz dari berbagai pesantren. Banyak peserta menggali kiat teknis pelaksanaan taaruf yang aman, menyenangkan, dan bermakna.
Sosialisasi ini menjadi bagian dari upaya Kementerian Agama dalam mengarusutamakan budaya pesantren ramah anak serta mendukung pendidikan berbasis kasih sayang. Komitmen ini menegaskan bahwa pesantren harus menjadi ruang belajar yang aman, inklusif, dan membahagiakan bagi seluruh santri Indonesia.
Bagikan: