Surabaya (Pendis) - Kementerian Agama melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) madrasah menggelar Simposium Nasional (Simnas) Guru dan Tenaga Kependidikan. Kegiatan ini digelar di Hotel Harris Surabaya, 2-4 Desember 2019, dengan mengangkat tema “Guru Madrasah Yang Profesional yang Moderat di Era Disrupsi”.
Direktur GTK Madrasah, Suyitno, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kali pertama diselenggarakan oleh Kemenag. dalam kegiatan ini, dipersentasikan hasil-hasil penelitian para Guru dan Tenaga Kependidikan (Tendik) Madrasah.
“Simposium ini berusaha menggali segala gagasan yang menyangkut pengembangan pendidikan di madrasah. Gagasan-gagasan ini merupakan hasil penelitian para Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah,” ujar Suyitno saat membuka secara resmi Simposium Nasional di Surabaya, Selasa (3/12).
Dikatakan Suyitno, kegiatan semacam ini penting guna meningkatkan kapasitas dan kualitas para Guru dan Tendik Madrasah. Menurutnya, kualitas guru dan tendik madrasah harus terus di tingkatkan, sebab guru yang berkualitas akan memberikan pembelajaran dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
“Guru yang berkualitas akan memberikan pengajaran yang berkualitas pada peserta didik. Dan ini tentu akan memberikan pengaruh yang besar dalam pengembangan mutu madrasah serta memberikan kontribusi besar positif terhadap pendidikan di Indonesia,” terang Suyitno.
Menurut Suyitno, di era distrupsi 4.0, guru dan tendik madrasah memiliki tantangan yang besar. Tantangan yang besar ini harus bisa dimaksimalkan untuk menyebarkan apa yang dimilki kepada publik baik secara langsung maupun di dunia maya .
“Sudah saatnya guru-guru madrasah mengisi ruang-ruang publik, dengan keilmuan dan kapasitas masing-masing dengan kratif dan inovatif,” tutur Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang.
Selain itu, lanjut Suyitno, dengan memanfaatkan ruang publik, para guru dituntut untuk bertindak dan berfikir mengglobal atau mendunia. “Mulai hari ini kita harus bicara dari madrasah untuk dunia. Di era sekarang, kita tidak boleh hanya berfikir lokalitas saja, kita harus mampu memberikan kontribusi besar dalam pendidikan global,” ujarnya.
“siap atau tidak siap, kita harus masuk dan mengikuti perkembangan di era distrupsi. Namun yang harus dipegang dan tidak boleh hilang adalah penguatan pendidikan karakter di madrasah,” sambungnya.
Dalam Simposium ini, Direktur Program Inovasi, Mark Heyward dan Sekretaris jenderal Kementerian Agama 2006-2014, Bahrul Hayat menyampaikan gagasannya terkait pengembangan madrasah ke depan.
Simposiun Nasional Guru dan tenaga Kependidikan Madrasah dihadiri oleh utusan guru, kepala madrasah dan pengawas seluruh Indonesia, tamu undangan serta pegiat pendidikan.
(M Yani)
Bagikan: