Tanggerang (Pendis) --- Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Muhammad Zain, meminta Guru Fikih Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Keagamaan untuk memanfaatkan platform digital dalam kegiatan belajar mengajar.
Hal ini disampaikan saat menjadi narasumber dalam kegiatan Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Fikih Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Keagamaan di Tangerang pada tanggal 18-20 Februari 2021.
Dikatakan Zain, dengan megutip kata pengantar Bill Gates yang terdapat dalam buku Total Recall yang menyatakan bahwa platform digital atau Internet adalah tempat yang sangat aman, akurat menyimpan data serta sangat membantu manusia dengan proses apapun. Menurutnya, dengan media kreatif menggunakan internet yang sekarang dengan istilah Internet of Thing (IOT) adalah merupakan salah satu cara pendekatan guru untuk bisa bersentuhan dengan anak didik pada era milenial sekarang ini yang sangat friendly dengan internet.
“Guru harus terbiasa dengan penggunaan internet agar dapat mengarahkan anak didiknya sehingga tidak salah dalam mengakses informasi,” ujar Zain, Jumat (19/02).
Dalam waktu dekat , lanjut Zain, Direktorat GTK Madrasah akan membuat Taskforce Moderasi Beragama, moderasi yang akan dilaksanakan menggunakan teori baru Chris Seiple dari University Washington yang menulis buku dengan judul Cross Cultural Religious Literacy (literasi agama lintas budaya).
Dijelaskan Zain, Secara sederhana buku ini menjelaskan ada 3 tingkatan, pertama, personal comptence adalah seseorang yang bisa memahami agama sendiri dengan baik sehingga tidak salah dalam memberikan pemahaman.
“Kedua, comparative comptence adalah memahami agama orang lain seperti cara memahami agama sendiri, sadar akan keberagamaan yang dimiliki sehingga tidak terdistruption. Ketiga, kolaboratif competence yaitu dengan cara melakukan kerjasama antar pemeluk agama dalam kebaikan tanpa mempertanyakan agamanya apa,” terangnya.
Dalam hal pelajaran fikih yang memiliki arti paham, sebagai guru agar dalam pengajarannya perlu ditekankan kepada peserta didiknya untuk berpikir secara terbuka (perspektif yang lebih luas) sehingga anak didik bisa terbuka wawasannya. “Fikih mengajarkan tentang critical thinking/critikal analysis selaras dengan pernyatan ulama yaitu, pikiran (red. ijtihad) saya benar bisa saja mengandung kesalahan, pikiran anda salah, tetapi bisa saja mengandung kebenaran,” imbuhnya.
Kasubdit bina GTK MA/MAK, M. Sidik Sisdiyanto menambahkan bahwa kegiatan ini adalah implementasi dari 3K yaitu meningkatkan kualifikasi, meningkatkan kompetensi dan meningkatkan kesejahteraan. “Besar harapan dengan kegiatan ini guru mingkat kompetensi tidak hanya dalam pelajaran fikih tapi juga menjadi agen moderasi beragama,” terangnya.
“Kegiatan ini hadir sebagai salah satu bentuk memuliakan guru yang secara ikhlas mengajar dan mendidik siswa/siswi untuk menjadi generasi yang hebat dan keren,” ujar Sidik.
Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Fikih Madarsah Aliyah dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat. Kegiatan dihadiri dari Guru Madrasah Aliyah/ Madrasah Kegaamaan dari berbegai daerah yaitu, Aceh, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan tengah, Lampung, NTB, Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan dan staff pada direktorat GTK Madrasah. (Raji/My)
Bagikan: