Bogor (Pendis) - Pendidikan Profesi Guru (PPG) harus menjadi instrumen yang bisa mentransformasi kualitas para guru madrasah. Guru madrasah yang ikut dan lulus harus bisa berubah dalam meningkatkan kualitasnya, hal ini penting, mengingat kualitas pendidikan ada pada guru yang berkualitas.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin saat membuka Rapat Koordinasi Seleksi Akademik PPG tahun 2019 di Asana Grand Pangrango Hotel Kota Bogor, Senin (28/10).
Dikatakan Kamaruddin, dalam pelaksanaan PPG akan diberikan materi pedagogik yang profesional, pengetahuan tentang substansi yang kuat, agar fokus pada materi yang berkaitan. Menurutnya, kurikulum yang diajarkan harus betul-betul dinamis dan memenuhi kebutuhan secara memadai seperti kompetensi kompetensi yang dimiliki guru, dan harus di revitalisasi harus lembaga yang berkualitas dan memadai dan bisa mewujudkan cita-cita bersama.
"Yang harus direvitalisasi yaitu kurikulum terhadap kebutuhan, termasuk diantaranya yang sangat penting adalah visi menteri agama yaitu moderasi beragama, pendidikan yang toleransi. Moderasi beragama harus menjadi materi wajib dalam program insesi dalam pelatihan guru, karena ini salah satu syarat dalam negara yang maju," terang Kamaruddin Amin.
Lima tahun yang akan datang, lanjut Kamaruddin, PPG akan menjadi salah satu program prioritas pada Direktorat Jenderal Pendis. Menurutnya, Guru yang belum disertifikasi ternya masih cukup besar jumlahnya. Butuh waktu yang banyak untuk sertifikasi. "Akan dibuat surat edaran se-Indonesia terutama untuk para rektor rektor dihimbau tidak menerima mahasiswa tarbiah yang terlalu banyak, paling tidak hanya satu kelas. Karna fakultas tarbiah paling banyak di PTKIN," jelasnya.
Bicara soal data, tambah Kamaruddin, dengan sistem informasi yang ada saat ini, akan diintegrasikan data-data penting dengan bantuan World Bank. Menurutnya, World Bank yang memiliki sistem informasi data yang lebih baik sehingga informasi yang diberikan lebih akurat dibantu dengan konsultan yang ahli dalam bidangnya.
"Mari kita bersama melakukan yang terbaik agar pendidikan islam di indonesia maju dan berkualitas di masa yang akan datang," harap Guru Besar UIN Alauddin Makasar.
Kasubdit Bina GTK MI/MTs, Ainurrafiq, menuturkan, bahwa terkait dengan seleksi akademik PPG, sangat membutuhkan penataan data yang luar biasa yang secara teknis artinya memerlukan ilmu manajemen data. Menurutnya, Simpatika menjadi sistem yang sangat membantu. "Simpatika setelah disurvei berbagai lokasi ternyata sangat membantu mulai awal guru mendapatkan NUPTK sampai bisa melaksanakan PPG," ujar Rofiq.
Kepala Seksi Bina Guru MI/MTS, Mustofa Fahmi , mengatakan, bahwa dalam capaian harmonisasi kebijakan, seleksi akademik pertama kalinya murni dimana Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang dipilih murni dari Kementerian Agama. Menurutnya, sebelumnya memakai TUK yang difasilitasi oleh sekolah umum.
Menurut Fahmi, tahun 2019, ada 128.000 guru madrasah yang mendaftar, akan tetapi hanya 32.000 yang dilaporkan lulus passing grade. "Untuk kuota di tahun 2019 hanya sejumlah 6800. Sisanya akan menjadi prioritas tahun depan. Mereka akan dibekali bimbingan belajar yang dilengkapi dengan modul kemudian pada tanggal 23 - 24 November 2019 bisa melaksanakan uji pengetahuan bersama," terang Fahmi.
Rapat Koordinasi Seleksi Akademik PPG dilaksanakan selama 3 hari, 28-30 Oktober 2019. Peserta yang hadir terdiri dari Kepala Seksi PTK, Kepala Kadrasah, pengawas serta beberapa pengelola data khususnya untuk penyelenggaraan PPG serta Tim Aplikasi AKG/PKB.(Norma/ M Yani)
Bagikan: