Jakarta (Pendis) - Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI menggelar seri 5 Training of Trainer (ToT) Pendidikan Inklusif berbasis Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI). Pada kegiatan ini peserta diharap kuasai akomodasi pembelajaran pada madrasah penyelenggara pendidikan inklusif.
Kepala Subdirektorat Bina Guru dan Tenaga Kependidikan Raudlatul Athfal, Siti Sakdiyah, mengapresiasi semangat peserta dan antusiasme menimba ilmu yang ditunjukkan dengan keaktifan peserta dalam mengikuti ToT ini.
"Sesuai dengan tema pada hari ini, saya mengharapkan kepada semua peserta ToT untuk dapat menguasai kajian yang akan disampaikan yakni mengenai akomodasi pembelajaran pada madrasah penyelenggara pendidikan inklusif," tegas Sakdiyah, di Jakarta, Kamis (12/08/2021).
Ucapan terima kasih diungkapkan Sakdiyah kepada INOVASI atas kemitraan ini, hingga program serial GEDSI, penyusunan roadmap madrasah Penyelenggara Inklusi, penyusunan video PKB, penyusunan Juknis QA & ME, Piloting PKB RA yang sudah terlalui proses AKG dan sekarang tahap penyusunan Modul PKB RA, serta penyusunan juknis PKB untuk daerah 3 T (Terdepan, Tertinggal, Terpencil).
Sakdiyah menerangkan, kegiatan ToT ini merupakan upaya pengejawantahan atas amanat Undang-undang nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Disebutkan dalam pasal 10 bahwa hak pendidikan untuk penyandang disabilitas meliputi hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan, secara inklusif dan khusus mempunyai kesamaan dalam memperoleh pendidikan di satuan pendidikan.
"Saya kira menjadi penguat dan tantangan bagi Kementerian Agama untuk dapat memberikan layanan yang terbaik atas kepercayaan masyarakat menitipkan anak-anaknya yang berkebutuhan khusus pada madrasah kita,” terangnya.
Selanjutnya, Sakdiyah mengatakan Direktorat GTK berencana akan melanjutkan penguatan kapasitas Pendamping Kebutuhan Khusus ini melalui program Short Course ke Perguruan Tinggi yang menjadi benchmarking dalam Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa di Indonesia. Hal ini sebagai salah satu tindak lanjut agar bisa didesiminasikan ke wilayah masing-masing.
“Selama ini guru-guru bergerak di madrasah dengan satu lambang yaitu keikhlasan, nilai ibadah, dan jiwa kasih sayang yang dengan harapan sebagai ladang pahala," imbuh Sakdiyah
Dalam akhir sambutannya, Sakdiyah berterima kasih kepada Kementerian Agama melalui Direktorat GTK, yang sudah memberikan Surat Keputusan kepada Forum Pendidikan Madrasah Inklusi (FPMI), sehingga action plan dan rencana- rencana program bisa berjalan dengan lancar dalam penguatan pendidikan inklusi di madrasah.
Salah satu Narasumber dari Dewan Pakar FPMI - PLB UNESA Surabaya, Sujarwanto, menjelaskan banyak hal tentang kurikulum dan RPP pendidikan inklusif, salah satunya kurikulum akomodatif.
"Kurikulum akomodatif adalah kurikulum standar nasional yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan potensi peserta didik berkebutuhan khusus. Pengembangan kurikulum akomodatif ini dilakukan oleh masing-masing sekolah inklusi," jelasnya.
Program kemitraan INOVASI, Ditjen Pendidikan Islam dan Froum Pendidik Madrasah Inklusif (FPMI) ini, digelar secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung lewat Youtube GTK Madrasah Channel. (Yuyun)
Bagikan: