Lampung (Pendis) - Usia anak yang sedang mengenyam pendidikan mulai pra sekolah sampai pendidikan menengah atas saat ini merupakan generasi Z dan generasi Alfa. Sedangkan tenaga pengajar alias Guru madrasahnya mayoritas generasi Y, generasi X dan generasi baby boomers.
Dalam menghadapi perubahan generasi, lanjut alumni UIN Walisongo Semarang, perlu diimbangi dengan inovasi pembelajaran. Seperti pemanfaatan audio visual secara optimal untuk pembelajaran, pemahaman literasi digital bagi anak-anak sehingga mampu memfilter arus informasi yang bertebaran di internet, pemanfaatan aplikasi dan lain sebagainya.
Menurut wanita kelahiran Jepara, dia menjelaskan bahwa inovasi pembelajaran ini harus bisa link and match dengan dunia kerja atau industri. Terlebih jika guru mampu menangkap potensi anak dalam dunia usaha, guru bisa menjadi mentor bagi anak yang sedang merintis usaha.
Untuk diketahui, bahwa kompetensi kewirausahaan mengacu pada Permendiknas No. 13 Tahun 2007, salah satu kompetensinya adalah kompetensi kewirausahaan. Selain itu, mengacu pada PMA 58 Tahun 2017 juga disebutkan kepala madrasah bertugas mengembangkan kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa Madrasah sebagai sumber pembelajaran bagi peserta didik.
Generasi Z ialah mereka yang lahir dalam rentang pertengahan tahun 1990-an hingga pertengahan tahun 2000-an. Mereka ini lebih akrab dengan teknologi. Karakteristik mereka lebih tidak fokus dari milenial, tapi lebih serba-bisa.
Konon, mereka lebih individual, lebih berwasan global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja, dan lebih wirausahawan. Sedangkan generasi Alfa ialah mereka yang lahir mulai tahun 2010.
(SDK/SOLLA)
Bagikan: