Solo (Pendis) - Radikalisme saat ini menjadi issu panas yang menyita perhatian dalam dunia pendidikan. Pasalnya hasil penelitian Maarif Institute dan Wahid Foundation pada tahun 2017 menemukan bahwa paham radikalisme telah menyusup dalam dunia pendidikan. Penelitian tersebut memaparkan bahwa paham radikalisme dapat masuk kedalam institusi pendidikan melalui alumni, guru dan kebijakan institusi pendidikan.
Untuk mengantisipasi penyebaran faham radikalisme di lingkungan madrasah, Direktorat GTK Madrasah sengaja menyisipkan materi deradikasi dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian Kepala MAN Insan Cendekia.
Acara diikuti oleh seluruh kepala MAN Insan Cendekia seluruh Indonesia, berlangsung di Solo, 27-30 Agustus 2019. Dalam kesempatan tersebut, Direktorat GTK Madrasah menghadirkan narasumber, Ali Fauzi Manzi.
Ali Fauzi merupakan mantan napiter yang kini menjadi Direktur Yayasan Lingkar Perdamaian Indonesia. NGO yang mewadahi terpidana dan napiter untuk kembali kepada NKRI dan menaungi para anak-anak mantan napiter. Misi utama Ali Fauzi lewat yayasan yang ia dirikan adalah memutus mata rantai berkembangnya virus negatif faham radikalisme. Selain itu Yayasan ini mengorganisir para korban teror bom untuk menyuarakan kehidupan yang damai.
Pada kesempatan ini Ali Fauzi bercerita tentang pengalamannya saat awal mula direkrut dalam jaringan terorisme hingga akhirnya menemukan titik balik untuk kembali kepada NKRI dan membentuk Yayasan Lingkar Perdamaian Indonesia.
Ali Fauzi mengatakan bahwa terorisme ini merupakan gerakan radikalisme yang diaktualisasikan. "Sebenarnya perbedaan antara radikalisme dan terorisme ini ada pada pada tindakan, karena untuk radikalisme mereka hanya sebatas konsep pemikiran saja, belum sampai tindakan," kata Ali di Solo, Selasa (28/8).
Ali Fauzi menghimbau kepada para peserta bahwa jangan terjebak dalam stereotype sehingga menimbulkan kekeliruan dalam mengidentifikasi siswa ataupun guru yang terkena paham terorisme karena terdapat perbedaan-perbedaan dalam konsep ajarannya.
"Perbedaan antara faham salafi dan terorisme ini dapat dilihat dari ajaranya seperti tauhid hikmiyah, jihad yang hanya bermakna perang, membenarkan terror, demokrasi haram dan pelakunya kafir serta diperbolehkan memberontak terhadap penguasa yang dzholim," tambah Direktur YLP tersebut.
Kasubdit Bina Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Kastolan mengungkapkan bahwa pemilihan Ali Fauzi sebagai mantan pelaku terorisme sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan PKB Kepala MAN IC diharapkan dapat menambah wawasan tentang eksistensi paham terorisme sehingga dapat membentengi siswa dari penyebaran virus radikalisme.
"Menanamkan nilai-nilai moderat di madrasah menjadi hal yang urgent untuk membentengi terhadap tumbuhkembangnya paham radikalisme, penanaman nilai moderasi beragama merupakan tanggungjawab kita bersama," ujar Kastolan.
Menurut Kastolah, Kepala Madrasah sebagai leader dan manajerial yang bersentuhan langsung dengan peserta didik dapat menangkal paham radikalisme dengan pengembangan nilai-nilai moderasi. (Ridha /M Yani)
Bagikan: