Jakarta (Pendis) --- Kondisi pandemi covid-19 tentunya berdampak signifikan pada tingkat kesetresan seseorang. Dalam hal pendidikan, kondisi stress tidak hanya terjadi pada tenaga pendidik (guru) tetapi juga terjadi pada anak didik. Sehubungan itu, Kementerian Agama melakukan pendampingan terhadap guru raudlatul Athfal, dalam meningkatkan kemampuan manajemen stress menghadapi anak didik.
Pendampingan dilakukan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah dalam serial Pelatihan Pengembangan Kapasitas Guru RA dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemic Covid-19, yang dilakukan secara daring, Rabu (14/10).
Spesialis Perkembangan Anak Child Fund Internasional, Fitriana Herarti, dalam pemaparannya mengatakan bahwa stress merupakan suatu kondisi yang menekan keadaan prikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
“Keadaan psikis adalah semua hal yang terkait dengan mental dan emosional seseorang. Di era covid-19 saat ini, dalam hal pendidikan, kondisi stress tidak hanya terjadi pada tenaga pendidik (guru) tetapi juga terjadi pada anak didik,” terang Fitriana Herarti.
Dikatakan Fitriana, beberapa faktor yang mempengaruhi kadar stress pada diri seseorang, yaitu kemampuan memperkirakan, evaluasi kognitif, perasaan mampu dan dukungan social. “Pada dasarnya jika keinginan seseorang tidak terpenuhi maka dapat menimbulkan stress,” ujarnya.
Menurut Fitriana tidak semua stress itu mengakibatkan hal buruk. Ada dua jenis stress yaitu eustress: stress positif, stress yang memicu kita untuk berkembang , membuat kita termotivasi, optimis dan semangat untuk berproses dengan stress tersebut. Sedangkan distress : stress negative, stress yang memicu kita memberikan respondestruktif, menurunkan kinerja kita, terasa seperti tidak bertenaga, putus asa, bahkan bisa berdampak ke keluhan fisik, lanjut Fitriana.
Hal terpenting dalam manajemen stress, lanjut Fitriana adalah mengetahui bagaimana cara mengelolanya atau mengatasinya. “Langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola stress adalah dengan mengelola pikiran negative, mengembangkan keyakinan spiritualitas, olahraga secara rutin, tetap jaga interaksi dengan lingkungan social, tidur dan istirahat yang cukup dan yang terakhir cari bantuan professional jika merasakan stress yang tidak kunjung membaik,” terangnya.
Kasubdit Bina GTK RA Siti Sakdiyah, mengatakan masa pandemic yang cukup lama sangat terasa dampaknya pada dunia pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini. Menurutnya, Bagaimana menjaga stress yang terjadi karena kebosanan atau tidak bisa memahamkan ke siswa mejadi masalah yang perlu diselesaikan secepatnya.
“Perlu kerjasama yang baik antara guru dan orang tua yang mendampingi siswa saat belajar di rumah, dalam mengelola tingkat kebosanan agar tidak stress. Guru senang, orang tua nyaman, siswa bahagia dan pendampingan belajar dapat terlaksana dengan bai,” pungkasnya.
(Rury/My)
Bagikan: