Jakarta (Pendis) --- Kondisi pandemi Covid-19 menuntut para guru khususnya guru tingkat RA mengajar secara ekstra untuk menciptakan belajar yang nyaman dan mengasikan. Bagaimana tidak, kegiatan belajar anak usia dini di tingkat Raudlatul Athfal (RA) berbeda dengan kegiatan belajar pada tingkat MI atau MTs bahkan MA.
Saat ini, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh (Daring). Anak-anak melakukan aktifitas belajar di rumah masing-masing. Hal ini butuh tindakan dan perhatian khusus, agar anak didik tidak bosan belajar di rumah.
Melihat kondisi saat ini, Direktur Early Childhood Care & Development - Resource Center (ECCD RC) atau Pusat Informasi dan Pelayanan Anak Usia Dini, Nindyah Rengganis, menekankan pentingnya menjadikan rumah sebagai tempat belajar yang ramah dan menyenangkan bagi anak usia dini.
Hal ini disampaikan dalam serial pelatihan online pengembangan Kapasitas Guru Raudatul Athfal (RA) dalam Pembelajaran Jarak Jauh(PJJ) di Masa Pandemi COVID-19, Rabu (26/08). Dalam kesempatan ini, Nindyah Rengganis menyampaikan materi “Pembuatan Lesson Plan (RPP) yang Sederhana dan Aplikatif Untuk Anak Regular dan Anak Disabilitas”.
Dikatakan Nindyah, dimasa pandemic Covid-19, rumah beralih peran menjadi home based learning, dimana pembelajaran sepenuhnya berada di rumah (berbasis rumah). Menurutnya, konsep rumahku sumber belajarku, merupakan konsep belajar yang menempatkan RUMAH sebagai sumber belajar yang kaya untuk menstimulasi perkembangan anak usia dini.
“Setiap bagian rumah dan anggota keluarga merupakan sumber belajar yang menyenangkan, serta ativitas belajar di rumah menjadi kegiatan rutin yang bisa dijadikan sumber belajar,”ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Nindyah, perlu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang matang untuk menunjang kegiatan belajar jarak jauh. Menurutnya, pembuatan RPP untuk anak usia dini, harus melibatkan “bermain” dalam penyusunannya.
“Karena bermain merupakan salah satu karakteristik anak usia dini yang sangat penting dalam pengembangan dan kemajuan anak-anak kedepannya. Ragam bermain ada diantaranya bermanin fantasi, bermain eksplorasi, bermain kreatif dan lain sebagainya,” terangnya.
Menurut Nindyah, seorang guru RA harus dapat membuat RPP dengan cara bekerja sama dengan orang tua mengenai kegiatan apa saja yang bisa dikembangkan di rumah. Lebih lanjut lagi, guru dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dan bersikap adaptif terhadap peristiwa yang terjadi saat ini.
“Adapun sikap adaptif yang perlu dikuasai oleh guru RA selama belajar di rumah yaitu : kreatif, fleksibel, solutif, sabar, siap belajar dan komunikatif,” pungkasnya.
Kasubdit Bina GTK RA, Siti Sakdiyah, menuturkan, guru RA perlu kerja ekstra dalam menghadapi Pembelajaran Jarak Jauh. Menurutnya, disatu sisi guru RA harus menyampaikan materi dengan riang sesuai dengan karakter anak usia dini, tapi di sisi lain, guru dituntut kreatif, inovatif dalam memberikan materi pembiasaan agar siswa tidak bosan, melalui berbagai media dan kerjasama yang baik dengan peran orang tua sebagai pendamping pembelajaran di rumah..
“Kemenag berusaha memberikan fasilitasi yang terbaik bagi guru RA untuk saling bertukar informasi dan berbagi pengalaman mengajar di masa pandemi Covid-19,” ujar Sakdiyah.
Sakdiyah berharap, melalui pelatihan metode pembelajaran ini, motivasi dan kompetensi guru dan lembaga pendidikan RA dapat ditingkatkan dan menuju kearah yang lebih baik.
“Kedepannya kompetensi dan mutu Guru RA dalam proses kegiatan belajar mengajar di jenjang pendidikan Raudhatul Athfal dapat lebih meningkat, karena didukung oleh guru-guru yang terampil, kreatif dan inovatif serta memiliki wawasan yang luas,” pungkasnya.
(MY)
Bagikan: