Bandung (Pendis) --- Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Ali Ramdhani mengenalkan lima konsep dalam peningkatan kualitas madrasah yang terangkum dalam kata RAISE saat workshop pembinaan guru dan kepala madrasah di Bandung, Jawa Barat pada Jumat (27/11).
Dirjen mengungkapkan, konsep ini tentunya untuk mewujudkan siswa madrasah tidak hanya sekedar bersekolah namun juga belajar, dan nilai-nilai belajar itu yang dibawa kerumah dan itu sudah dilakukan oleh madrasah.
"Kalau sekolah itu schooling, kalau kita itu learning," ungkap Dirjen.
Selanjutnya, muara dari peningkatan SDM, sebuah lembaga pendidikan termasuk madrasah, alumni-alumninya akan mempunyai tuntutan dari masyarakat, dan alumni itu akan ditanya 3 hal yang diringkas dengan ASK.
Pertama itu attitude, bagaimana perilaku alumni madrasah. Berikutnya S nya itu skill atau keterampilan dan K yaitu knowledge. Jadi setelah attitude kita masuk ke ruang keterampilan, yang kemudian kita menyapanya menjadi madrasah Aliyah plus keterampilan.
"Kata RAISE merupakan akronim dari Responsibility, Accountability, Integritas, Sustainability, dan Empower,” kata Dhani.
Pertama, responsibility. Artinya tanggung jawab ini bukan hanya tanggung jawab yang bersifat duniawi namun juga tanggung jawab yang bersifat transendental.
Salah satu ciri orang yang responsibility nya tinggi adalah orang yang responsif terhadap persoalan. Dia tidak membiarkan persoalan membesar tapi dia juga menangani bahkan tidak hanya reaktif tapi juga proaktif untuk menghadapi sebuah persoalan.
Guru dan kepala madrasah harus memahami baik tentang manajemen waktu, karena sejatinya hidup itu mudah, yang mempersulit adalah diri kita sendiri. Sesuatu yang mudah kalau ditunda-tunda menjadi sulit, kalau sesuatu hal yang sulit ditunda-tunda akan menjadi mustahil. Jadi kerjakan segala sesuatunya sebelum menjadi mustahil. Lakukan sekarang juga pada apa yang sifatnya kebaikan.
Kedua, accountability. Artinya proses pengelolaan madrasah harus meliputi keseragaman cara befikir dan penurunan dari ruang pekerjaan kita. Kaidah yang selalu dipegang dalam dunia manajemen termasuk manajemen madrasah adalah do what your write and write what yo do, lakukanlah apa yang anda tulis dan tulislah apa yang anda lakukan.
"Maka akuntabilitas itu salah satunya adalah bagaimana kita memasuki ruang-ruang administratif yang dipahami orang lain dan orang lain memahami kita. Seorang pemimpin bukan hanya kemampuan memimpinnya harus baik tetapi kemampuan administratifnya juga harus baik,” ujarnya.
Ketiga, integritas. Integritas adalah sesuatu hal yang ada dalam diri kita, saya kira, saya tidak perlu mengajarkan tentang ruang-ruang kebaikan walaupun kita harus belajar tentang ruang itu. Jadi belajarlah kebaikan karena kebaikan itu adalah satu satunya ilmu yang tidak pernah menua.
"Salah satu legacy dari Rasulullah itu mencirikan seorang pemimpin, jadi pemimpin itu adalah orang yang mengakselerasi, mempercepat tujuan organisasi. Seorang pemimpin itu harus FAST yang artinya Fathonah, Amanah, Shidiq, dan Tabligh. Menterjemahkan cerdas itu ya, jangan kita merasa cerdas tapi cerdaslah merasa,” tambah profesor yang akrab disapa Dhani ini.
Keempat adalah sustainability. Artinya kemampuan merumuskan konsep IPO (Input Proses Output) dalam tiap penyelenggaraan manajemen madrasah. Menurut Dhani, output kita hari ini harus menjelma menjadi outcome. Setiap program harus mengacu kepada outcome yang dihasilkan berupa peningkatan kapasitas madrasah. Benefitnya adalah pengelolaan madrasah pada tempat kerjanya menjadi lebih baik, impact nya adalah menyajikan anak-anak bangsa yang memiliki kualifikasi yang unggul.
“Bolehlah untuk pertanggung jawaban kita sampai IPO tapi dalam konteks RAISE kita harus mulai menuliskan output, outcome, benefit, dan impact, karena apa yang kita lakukan adalah investasi jangka panjang,” tandas Dhani.
Kelima adalah empower. Ramdhani menjelaskan, proses manajemen madrasah harus saling memberdayakan, jadi tidak kunci mengunci dalam konteks ilmu. Dhani melanjutkan, perbedaan ilmu dengan dunia ialah jikalau dunia itu dibagi bakal habis, kalau ilmu dibagi akan bertambah. Kalau dunia itu dibawa berat, kalau ilmu dibawa ringan. Kalau dunia itu menjaga, kalau ilmu itu menjaga.
"Maka dari hari ini dalam konteks empowerment, diantara kita saling bertukar ilmu bagaimana mencari siswa-siswa yang baik, bagaimana mengelola madrasah dengan baik dan seterusnya," tutupnya.
Bagikan: