Semarang (Pendis) - Disamping tugas Lembaga Pendidikan Islam mencerdaskan intelektual siswa-siswinya, Madrasah juga harus bisa membentuk para siswanya mengelola kecerdasan emosional dengan baik.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani saat memberikan arahan pada Konsinyering Pelaksanaan Proyek Realizing Education Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR) di Semarang (Jumat, 10/02).
Ramdhani juga menegaskan bahwa siswa Madrasah harus menguasai Literasi membaca, Literasi sains dan Literasi numerik. Tetapi semuanya akan tidak bermakna, apabila tidak diiringi dengan nilai-nilai keagamaan.
Dhani juga menambahkan perkembangan teknologi sedahsyat apapaun, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah tentang nilai-nilai keagamaan.
Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati ini juga mengungkapkan bahwa arah dan orientasi Pendidikan Islam kita sebenarnya adalah menciptakan insan kamil (manusia yang paripurna). “Al-insanu hayawanun natiq”, bahwa eksistensi manusia terletak pada cara berfikir.
“Eksistensi manusia secara hakiki bukan terletak pada wujud, bukan pada tinggi badan, berat badan, cantik dan tampan. Akan tetapi terletak pada penata kelolaan cara berfikir,” ungkapnya.
Ramdhani menegaskan dalam Implementasi kehidupan, pastinya ada hal-hal yang mengganggu proses berfikir kita yaitu emosional. Untuk itu, jangan sekali-kali mengambil keputusan di saat marah.
Selanjutnya hal yang juga dapat mengganjal cara berfikir adalah kesehatan fisik. Ketika seseorang sakit maka setengah kebijaksanaannya akan hilang.
“Ketika seseorang marah, maka setengah kecerdasannya akan hilang. Untuk itu, jangan mengambil keputusan di saat marah,” tegasnya.
Maka kita harus menciptakan sebuah sistem Pendidikan yang tidak hanya membentuk kecerdasan intelekual, kecerdasan emosioanal, tapi juga kecerdasan secara fisik (physical Intelligence).
“Penciri manusia, sejatinya adalah mengolah pikir, mengolah raga dan olah rasa serta olah mental. Yang semuanya dibalut dengan nilai-nilai kegamaan,” pungkasnya.
Bagikan: