Semarang (Pendis) - Beranekaragamnya madrasah dari sisi jumlah, jenjang, jenis dan potensinya, mendorong Direktorat Pendidikan Madrasah mengarahkan fokus kebijakannya pada diversifikasi atau penganekaragaman madrasah yang tersirat dalam PMA 60 Tahun 2015, ke dalam empat tipologi, yakni Madrasah Akademik, Madrasah Kejuruan, Madrasah Keagamaan dan Madrasah Reguler. Sosialisasi kebijakan tersebut senantiasa dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Madrasah, salah satunya melalui Workshop Diversifikasi Madrasah yang digelar pada tanggal 10-12 Agustus 2016 di Semarang. Workshop ini dihadiri oleh 60 peserta yang terdiri dari para kepala madrasah yang mewakili empat tipologi tersebut.
Workshop ini dibuka secara langsung oleh Direktur Pendidikan Madrasah, M. Nur Kholis Setiawan, Rabu malam, 10 Agustus 2016. Dalam sambutannya, Direktur Pendidikan Madrasah menegaskan kembali soal kebijakan diversifikasi madrasah tersebut.
"Salah satu alasan munculnya kebijakan diversifikasi madrasah ini adalah jumlah siswa-siswi madrasah Aliyah relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah siswa-siswi MTs dan MI. Dugaan sementara karena banyak orang tua yang belum yakin atau masih ragu dengan kualitas madrasah Aliyah. Sehingga mereka lebih memilih lembaga pendidikan yang lain. Dalam konteks ini, kebijakan diversifikasi madrasah muncul untuk menggenjot madrasah-madrasah agar menemukan potensinya. Potensi-potensi tersebut dikelaskan dalam 1) Madrasah Akademik yang wujudnya adalah MAN Insan Cendekia dan Madrasah Riset, 2 Madrasah Keagamaan, wujudnya adalah revitalisasi MAN Program Khusus dan 3) Madrasah Aliyah Kejuruan, wujudnya pembangunan MA Kejuruan di enam lokasi pada tahun 2016 dan juga peningkatan kualitas pada madrasah Aliyah yang memiliki program ketrampilan," jelasnya.
M. Nur Kholis juga menambahkan bahwa kebijakan ini merupakan bagian tak terpisahkan dalam teori continuity and change. Katanya, "Selain sistem birokrasi, program atau kebijakan yang baik dan konkret wajib dilanjutkan (continuity). Namun tidak boleh stagnan, harus ada perubahan, kreasi dan inovasi di dalamnya yang lebih baik (change) sebagai antisipasi atas perubahan zaman yang begitu cepat."
MAN IC, Madrasah Riset, MAN PK dan Madrasah Ketrampilan merupakan program-program yang sudah ada sejak dulu. Semuanya baik, namun juga perlu disempurnakan dan disesuaikan dengan tuntutan zaman. Tiga MAN IC yang sudah ada, sudah mapan dan berprestasi perlu direplikasi untuk disetiap provinsi. Kini yang sudah ada adalah 17 MAN IC. Madrasah Riset yang sudah dilauncing sejak tahun 2010 dan telah menghasilkan periset perlu ditingkatkan dan didukung secara penuh, MAN PK yang telah nyata melahirkan para alumni-alumni dengan pemahaman Islam yang mendalam perlu direvitalisasi setelah sekian lama matisuri.
Tidak hanya melandaskan pada teori contunuity and change, Direktur Pendidikan Madrasah juga mengutip dengan muqaddimah Abu Bakar Asy-Syatha` dalam `Ianah at-Thalibin, yang menyatakan wa`lam ayyuha al-waqif `ala al-jam`i al-madzkur, annahu laisa li fihi illa an-naqlu min kalam al-jumhuri wa al-ityan fi dzalika bi asy-syai` al-maqdur (red. Ketahuliah pada pembaca, bahwa tidak ada unsur saya di dalam kitab ini, kecuali hanya pengutipan-pengutipan gagasan para ulama jumhur dan menghadirkan di dalam kitab ini sesuatu yang terukur).
"Jadi, ulama-ulama terdahulu saja masih tetap melanggengkan gagasan-gagasan para pendahulunya sembari melakukan inovasi-inovasi atas gagasan-gagasan tersebut," pungkasnya.
Worshop yang dilaksanakan selama tiga hari ini diharapkan mampu menghasilkan pedoman standar yang detail tentang pengembangan tipologi madrasah-madrasah tersebut.
(hamam/ra)
Bagikan: