Manokwari (Pendis) – Penanaman nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin dan penguatan karakter moderat bagi siswa madrasah merupakan satu keniscayaan dan penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kehidupan bermasyarakat yang harmonis dalam keberagaman. Demikian disampaikan salah satu Tim Pendamping Peer Training Moderasi Beragama, Fakhrurozi di MAN Manokwari Provinsi Papua Barat.
“Kita ini hidup di lingkungan yang serba majemuk dengan keragaman agama, suku, ras, dan budaya. Keberagaman tersebut tentunya perlu disikapi dengan arif dan bijaksana untuk menghindari terjadinya pertikaian antar kelompok, antar golongan, dan antar pemeluk agama. Program Penguatan Karakter Siswa MA yang dikemas melalui pemilihan “Duta Harmoni”, diharapkan siswa madrasah yang nanti terpilih menjadi agen-agen moderasi beragama di lingkungan madrasah dan masyarakat luas”, tegasnya pada Kamis (28/10).
Dikatakan Fakhrurozi bahwa, kedatangan Tim Pendamping dalam rangka melakukan pendampingan secara langsung terhadap kegiatan atau aksi yang dilakukan oleh salah satu siswi kelas XII MAN Manokwari, Della Puspitasari (17) dalam mengkampanyekan moderasi beragama di lingkungan madrasah dan lingkungan di mana dia tinggal, serta ingin mengetahui seberapa besar dampak yang dihasilkan dari kegiatan yang telah dilakukan.
“Bahwa salah satu siswi terbaik MAN Manokwari, ananda Della Puspitasari masuk 50 besar calon Duta Harmoni. Dan kedatangan kami ke sini, tentunya membawa misi terkait dengan program moderasi beragama, di antaranya melakukan pendampingan terhadap aksi nyata yang dilakukan oleh Ananda tersebut, dan juga untuk mengetahui sejauhmana dampak atas aksi yang telah dilakukannya”, imbuhnya.
Adalah Della Puspitasari (17), warga Kampung Aimasi (SP 3) Distrik Prafi Manokwari, yang saat ini duduk kelas XII MAN Manokwari merupakan satu-satunya perwakilan provinsi Papua Barat yang masuk 50 besar dari 750 peserta yang terdaftar dari siswa madrasah Aliyah seluruh Indonesia. Della, panggilan akrabnya, menjelaskan awal ketertarikan untuk mengikuti Duta Harmoni, ingin menanamkan karakter moderat siswa madrasah dan membangun sikap toleran di antara pemeluk agama yang berbeda. Karena menurutnya, di Papua Barat, terutama di Kabupaten Manokwari, dia hidup di lingkungan masyarakat yang heterogen, baik suku, ras, dan agama. Ada pemeluk agama Islam, Hindu, Budha, Kristen, dan Katolik yang hidup berdampingan, jika tidak dibangun sikap toleran antar sesama pemeluk agama, dikhawatirkan terjadi perpecahan.
“Saya tertarik untuk mengikuti pemilihan Duta Harmoni yang selenggarakan Kementerian Agama, karena kebetulan saya hidup di lingkungan yang masyarakatnya heterogen, tidak hanya satu agama, tapi bermacam-macam, ada Islam, Hindu, Budha, Kristen, dan Katolik. Dan semua hidup rukun berdampingan”, ungkap Della.
Toleransi umat beragama di Papua Barat lanjutnya, merupakan warisan leluhur yang sudah sejak lama dan harus dijaga, yang dikenal dengan motto “Satu Tungku Tiga Batu”. Filosofi tersebut dipahami sebagai cerminan toleransi antar umat beragama. Hal ini dibuktikan hasil survei Kementerian Agama tahun 2019, menunjukkan bahwa indeks kerukunan dan toleransi umat beragama di Papua Barat menduduki peringkat tertinggi secara nasional. Artinya, kesadaran masyarakat Papua Barat dalam bertoleransi sudah cukup baik.
“Di Papua Barat dikenal motto “Satu Tungku Tiga Batu”. Tungku merupakan simbol kehidupan. Sedangkan tiga batu merupakan simbol perbedaan, baik agama, suku, dan status sosial dalam satu wadah persaudaraan”, paparnya.
Selanjutnya, secara terpisah, Kepala MAN Manokwari, Irma Handayani, memberikan dukungan penuh atas terpilihnya Della mejadi 50 besar calon Duta Harmoni. Menurutnya, program ini nantinya bisa mencegah terjadinya faham-faham ekstrim dan radikal di kalangan generasi muda. Ini merupakan program konkrit Kementerian Agama dalam rangka merawat ke-Bhinnekaan.
“Saya ucapkan selamat atas terpilihnya ananda Della Puspitasari sebagai 50 besar seleksi Duta Harmoni Tahun 2021. Terus kembangkan dan sebarkan nilai-nilai agama yang toleran dan moderat. Melalui program moderasi bisa mencegah faham-faham radikal di kalangan generasi muda. Dan ini merupakan program konkrit Kemenag dalam merawat ke-Bhinnekaan”. (Ozie/Hik)
Bagikan: