Yogyakarta (Pendis) - Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, M. Nur Kholis Setiawan menyatakan, seorang pendidik pada khususnya dan tenaga kependidikan pada umumnya harus mempunyai dua hal.
"Pertama adalah keistiqomahan, keajegan atau kontinuitas. Ini penting, seorang pendidik tidak boleh stagnan. Tidak boleh puas diri untuk kemudian merasa hebat dan kemudian berhenti melakukan aktivitas pembelajaran. Hal ini penting, karena peserta didik yang dihadapi, tiap tahun berganti dan berbeda," terang Plt Direktur GTK saat memberi pengarahan pada Rapat Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) GTK pada Madrasah, di Yogyakarta, Senin (17/04/2017) malam.
"Istiqomah saja tidak cukup, karena kurang memadai. Butuh yang namanya inovasi. Harus ada pengembangan diri. Seorang pendidik harus menyadari, bahwa dia berada pada dunia ilmu. Dan, dalam ilmu pengetahuan, semakin kita tekuni, semakin kita dalami, kita akan merasa semakin bodoh. Jadi, seorang pendidik harus mempunyai dua kata kunci, yakni Istiqomah dan Inovasi," terang Nur Kholis.
Nur Kholis mengisahkan cerita saat Danang Sutowijoyo; Pendiri sekaligus Penguasa Mataram Islam ketika lalai, karena merasa paling sakti, diwejang dan diarahkan Sunan Kalijaga untuk menjadi pemimpin yang baik.
Tentang Istiqomah dan Inovasi, dengan rigid, Plt. Direktur GTK juga mengisahkan sejarah runtuhnya Majapahit, saat Sunan Kalijaga melobi Brawijaya V untuk mengikhlaskan kekuasaannya kepada putranya yang bernama Raden Patah. Mengisahkan pula kisah Kerajaan Demak yang pindah ke Pajang untuk kemudian runtuh diganti oleh Mataram Islam.
Plt. Direktur GTK juga berharap, tenaga pendidik setiap saat semakin haus dengan pengetahuan. Mampu menulis berbobot dan selalu memperbaiki diri, bukan karena sudah mendapat tunjangan profesi, sudah merasa profesional lalu berhenti.
"Semoga pertemuan ini, Rakor ini, mampu menjadi wasilah untuk membantu mengembalikan kesadaran para guru untuk mengembangkan diri, mampu menulis tulisan ilmiah, publikasi ilmiah dan karya-karya inovatif lainnya. Bahkan seorang guru besar sekalipun, tidak boleh puas dan berhenti. Tetap dituntut untuk terus mengembangkan diri, terus berusaha menjadi lebih baik," harap Plt. Direktur.
"Kita adalah produk dari IT yang belum ada. Kita ini produk manual. Jaman kita, beda dengan jaman sekarang. Anak didik sekarang terbiasa dengan dunia maya. Kita harus mampu menyelami, menjiwa dan bahkan seolah-olah menjadi seperti anak didik kita. Ini membutuhkan kearifan, pengorbanan dan keikhlasan. Cara belajaar kita dulu, beda dengan cara belajar anak didik kita saat ini. Ini harus kita pahami dengan serius," pungkas pria yang menjabat sebagai Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah ini. (g-penk/dod)
Bagikan: