Ponorogo (Pendis) --- Pandemi global Covid-19 memberikan dampak luar biasa bagi dunia pendidikan. Saat ini, teknologi menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam sebuah proses pembelajaran. Kondisi seperti ini menuntut kita untuk melakukan langkah adaptif menciptakan transformasi pembelajaran berbasis teknologi.
Demikian yang dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani saat memberikan pembinaan dalam agenda dalam Seminar Nasional Transformasi Pembelajaran di MTs N 1 Ponorogo, Jumat (29/01).
Dhani menambahkan, dengan adanya sebuah turbulensi dan gelombang serta dobrakan pandemi covid-19 ini, maka seorang guru dituntut untuk terus berinovasi dalam kegiatan belajar mengajar, agar tidak tergerus oleh zaman.
“Dalam melakukan transformasi pembelajaran, seorang guru harus mampu membaca masa depan dengan baik dan menghadirkan anak didik sebagai pemilik sebuah dinamika zaman dengan menciptakan generasi yang mampu beradaptasi pada setiap dinamika zamannya,” tambah Dhani.
Selanjutnya, Dhani memandang seorang guru harus melakukan inovasi berkelanjutan dengan senantiasa belajar dan beradaptasi terhadap hal-hal baru, karena itu merupakan kunci transformasi sesungguhnya.
“Guru harus mengajarkan Learning How to Learn dalam arti bagaimana kita mengajarkan anak didik kita untuk senantiasa penasaran terhadap sesuatu hal,” tuturnya.
Dalam agenda ini, Guru Besar asal Garut ini juga mengangkat tema mengenai konsep Society 5.0, Dhani menyatakan perlunya menyatukan keseimbangan antara intelektual, sosial, fisik sampai dengan teknologi. Karena hal demikian relevan dengan budaya kerja yang dimiliki oleh Kementerian Agama.
Lima budaya kerja ini wajib dimiliki oleh seorang guru yang tugasnya tidak hanya transfer of knowledge, melainkan juga transfer of value. Dan yang pertama ialah Integritas.
“Integritas itu adalah nilai-nilai kebaikan dan kebajikan. Kebaikan adalah satu-satunya ilmu yang tak pernah menua. Sepanjang masa dia akan menjadi nilai kebaikan,” jelas Dhani dalam memaparkan budaya kerja yang pertama. “Integritas menjadi bagian penting karena guru adalah keteladanan,” lanjutnya.
Dikatakan Dhani, budaya kerja berikutnya adalah profesionalisme yang kemudian dalam penataan keguruan itu disebut dengan kompetensi. Maka Dhani mengajak kepada para guru untuk kuasai kompetensi tersebut.
“Hal berikutnya adalah Inovasi. Jika ingin menyapa anak milenial kita, maka guru harus menyapa dengan dinamika yang sesuai zamannya,” pesan Dhani.
“Mari kita menyapa teknologi sebab ketika anda tidak menghampiri teknologi maka anda akan tergerus dari sebuah dinamika zaman dan kita akan menjadi artefak-artefak yang indah untuk dikenang dan layak untuk dimuseumkan,” tambahnya.
Di hadapan peserta seminar, mantan Direktur Pascasarjana UIN Bandung ini meminta guru madrasah untuk melengkapi budaya kerja berikutnya yaitu tanggung jawab dan keteladanan, serta mengajak segenap guru dan tenaga pendidik untuk kokoh memegangnya.
“Mari kita kokohkan budaya kerja yang ada di lingkungan Kementerian Agama, sebab melalui budaya kerja ini kita akan mampu menghadirkan pendidikan terbaik melayani siswa-siswa secara baik. Muaranya ada 5 kata yaitu integritas, profesional, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan,” pungkasnya.
(Wachid/Yuyun/My)
Bagikan: