Bogor (Pendis) -- Dalam upaya menjamin mutu penyelenggaraan madrasah unggulan (MAN IC, MAN PK, dan MAKN), Kementerian Agama menerapkan sistem seleksi nasional peserta didik baru (SNPDB). SNPDB merupakan salah satu instrumen untuk menjaring calon peserta didik yang potensial ditinjau dari sisi akademik, kepribadian, dan kesehatan, sehingga diharapkan dapat mengikuti pendidikan secara optimal di madrasah dengan sistem asrama. Demikian disampaikan Kepala Subdirektorat Kesiswaan, Nanik Pujihastuti pada kegiatan Penyusunan Juknis Seleksi Nasional Peserat Didik Baru Tahun Pelajaran 2022/2023, 11-13 November di Bogor.
“Seleksi nasional ini penting. Karena kita ingin menjaring siswa madrasah yang memiliki kompetensi utuh ya, baik dari sisi akademik, kepribadian, dan lainnya, agar bisa mengikuti pendidikan dengan baik di asrama”, ujar Nanik pada Kamis (11/11).
Nanik menambahkan, kegiatan penyusunan Juknis SNPDB adalah ingin menyamakan persepsi terkait skema pelaksanaan SNPDB tahun pelajaran 2022/2023. Di samping itu, agar memperoleh masukan dari pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Peserta yang dilibatkan dalam kegiatan penyusunan Juknis SNPDB terdiri dari Tim dari Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah, Tim Ahli dari UIN Sunan Ampel Surabaya, dan Kepala Madrasah MAN IC, MAN PK, MAKN, dan MAN reguler.
“Dalam penyusunan Juknis ini sengaja kami mengundang dari beberapa unsur, yaitu Tim Ahli UINSA, kepala madrasah unggulan dan madrasah reguler. Dengan harapan ada masukan-masukan konstruktif dalam pelaksanaan SNPDB pada tahun pelajaran 2022/2023”, imbuh Nanik.
Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah, Moh. Isom Yusqi, dalam arahanya menyampaikan lima hal penting terkait penyelenggaraan seleksi nasional madrasah. Pertama, dalam proses seleksi SNPDB agar diprioritaskan siswa MTs baik negeri maupun swasta yang memiliki prestasi atau menjadi juara di even nasional maupun internasional. Kedua, data alumni ketiga madrasah unggulan (MAN IC, MAN PK, dan MAKN) agar diintegrasikan dengan sistem Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan sistem Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN). Ketiga, soal yang diujikan dalam ujian CBT harus update. Soal harus dikontekstualisasikan dengan kondisi kekinian. Keempat, utamakan kualitas daripada kuantitas (kuota siswa). Kelima, perlu dilakukan tata kelola yang baik dalam rangka meningkatan akuntbalitas.
“Dalam pelaksanaan seleksi SNPDB tahun ini, harus ada prioritas bagi siswa MTs negeri maupun swasta yang menjadi juara 1-3 seperti, KSM, Myres, Duta Harmoni, dan sebagainya. Dipersilakan mereka mau pilih MAN IC atau MAN PK mana. Mereka para juara adalah aset kita, jangan sampai lepas. Kemudian, saya berharap agar data alumni madrasah kategori tiga tersebut terintegrasi dengan sistem seleksi SNMPTN dan SPAN-PTKIN, agar dapat golden ticket masuk perguruan tinggi favorit. Terkait soal ujian, harus update. Jangan soal-soal hasil recycle tahun-tahun lalu. Anak sekarang sudah gen Z, jadi harus disesuaikan. Lalu, soal kuota siswa, jangan menjadi hal yang utama. Karena saya khawatir, ketika kuota siswa banyak justeru kualitas menurun. Oleh karenanya, konsistensi terhadap kualitas menjadi taruhan kita bersama. Terakhir, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kita, perlu dilakukan tata kelola yang baik”, tegas Isom.
Tags:
Tag3Bagikan: