Cairo (Pendis)-KBRI Cairo melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ditjen Pendidikan Islam menyelenggarakan Acara Pembinaan Mahasiswa Baru asal Indonesia di Universitas al Azhar Indonesia, Cairo Mesir dengan tema Mainstreaming Moderasi Beragama bagi Santri Penerima Beasiswa PPSB dan lainnya pada hari Sabtu (28/12).
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Dr. H. Usman Syihab menyatakan apresiasinya dan berterimakasih atas pelaksanaan program beasiswa PPSB dari Kemenag.
"Usulan ini sudah lama disampaikan dan alhamdulillah tahun ini ada 30 mahasiswa yang dibiayai dan diharapkan pada tahun-tahun berikutnya jumlahnya akan semakin bertambah" ucapnya.
Menurut alumni al Azhar dan lulusan terbaik dengan predikat jayyid jiddan, kebijakan Kementerian Agama terkait program PBSB di Universitas al-Azhar ini merupakan investasi penting dalam kerangka mengembangkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul. Sekaligus memiliki pemahaman keagamaan yang wadathiyah., dan, insya-Allah di Al-azhar mahasiswa akan mendapat pemahaman agama yang benar, adanya toleransi, kesantunan dan memiliki perspektif positif pada orang lain.
"Dan pemahaman yang moderat/tawassuth ini perlu terus kita kembangkan dan lanjutkan untuk mewujudkan peradaban masyarakat yang jauh dari nilai-nilai kekerasan, ekstrim dan selalu mengedepankan pemahaman yang moderat dalam beragama" tutur Usman Syihab.
Senada Staf Atase Dikbud Cecep Taufikurrahman S.Ag, MA menggambarkan contoh wasatiyah yaitu ahlus sunnah wal jama’ah yang berada diantara qodariyah dan jabariyah.
"Dengan melalui pendekatan teori Kasabiyah maka substansi dari pesan-pesan keagamaan dalam Islam adalah wasatiyah itu sendiri" ujar Cecep yang merupakan Kandidat Doktor Filsafat Islam dan Penulis Buku MKI.
Cecep menegaskan bahwa keberadaan Indonesia yang saat ini menjadi negara bangsa adalah merupakan kontribusi yang besar dari para ulama yang berpaham moderat.
Wasekjen OIAA Indonesia Kyai Mukhlason Jalaludin, Lc memaparkan tentang cara bagaimana agar para santri tahu yang dipelajarinya adalah Islam yang wasathiy.
"Jadi kita harus tahu mana yang mutasyaddid dan mana yang mutasahhil, untuk itu kuncinya banyak membaca dan melakukan pengajian yang insklusif, bukan eksklusif" ucapnya.
Kyai Mukhlason menandaskan bahwa ada 2 (dua) tantangan ke depan yang harus terus diupayakan yaitu bagaimana kita mampu beragama dalam konteks yg plural dan bagaimana kita mampu bernegara dalam kondisi yang religius
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ahmad Zayadi dalam closing statement-nya menyatakan dukungan positif atas penyelenggaraan acara dengan tema yang cukup menarik tentang moderasi.
"Saya kira Ini pertemuan yang penuh barokah karena dihadiri oleh para santri yang juga merupakan penuntut ilmu" ujarnya.
Menyinggung moderasi yang menjadi tema dalam acara, Zayadi mengajak kepada para santri untuk menunjukkan sikap beragama yang moderat.
"Moderat itu suatu keharusan sikap bagi para santri, yaitu moderat dalam arti cara pandang, sikap dan perilaku kita yang selalu untuk mengambil posisi berada di tengah-tengah, Moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku berlebih-lebihan dalam mengimplementasikannya”, pungkas Direktur PD Pontren.
Acara berlangsung dengan suasana santai ini dihadiri sejumlah para mahasiswa al-Azhar yang merupakan para santri penerima beasiswa PPSB Kemenag, mahasiswa baru al-Azhar lainnya dan dimoderatori oleh Ahmad Rusdi pejabat Kasi pada Subdit Pendidikan Diniyah dan Mahad Aly Direktorat PD Pontren Ditjen Pendidikan Islam Kemenag.(Kanali/Hik)
Bagikan: