Bogor (Pendis)- Rencana pelaksanaan ujian akhir pendidikan diniyah formal berstandar nasional (UAPDFBN) berbasis CBT (Computer Based Test) atau Tes Berbasis Komputer kembali mengemuka setelah sebelumnya sempat digulirkan pada tahun lalu.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Subdit Pendidikan Diniyah dan Ma`had Aly, Aceng Abdul Aziz bahwa, "kita mulai sudah bisa pikirkan, apakah sudah bisa menerapkan tes berbasis komputer atau CBT. Saya kira bisa juga kan. Kalau perlu dengan Aspendif kita diskusi," terang Aceng
Senada dengan Pernyataan Kasubdit PDMA, para narasumber dan tim penyusun yang hadir pada workshop penyusunan kisi-kisi dan soal UAPDFBN tingkat ulya dan wustha yang berlangsung di Bogor, mulai tanggal 16 hingga 18 Oktober 2019.
Hadir sebagai narasumber, HD Hidayat, Guru Besar pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Mukhson Nawawi Koordinator Bahasa Arab PPB sekaligus Dosen Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut Mukhson, ujian akhir PDF tingkat wustha dan ulya sudah berjalan untuk tahun ke 3 (tiga), sehingga wacana pelaksanaan ujian berbasis CBT sangat menarik apabila bisa direalisasikan, tinggal menunggu keputusan dari Direktorat PD Pontren. Mukhson pun menambahkan ada 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan, pertama terkait kisi-kisi dan soal itu sendiri, di mana harus paralel dan setimbang.
Paralel yang dimaksud adalah kesesuaian antara kisi-kisi yang disusun dengan soal yang nanti akan dibuat. Sedangkan setimbang disini berarti soal-soal yang diberikan kepada para santri pada saat ujian, ada pemerataan, misalnya dari segi bobot mudah atau sulitnya soal yang diberikan merata kepada setiap santri. Kedua, dari segi teknis, perlu persiapan yang sangat matang terutama dari segi infrastruktur seperti komputer, aplikasi software, jaringan internet.
Pada kesempatan yang sama HD Hidayat pun menyampaikan terkait penyajian soal ujian akhir PDFBN yang ditulis dalam bahasa Arab, "Trade merk pesantren, adalah mengajar dan belajar dengan bahasa Arab yakni ketika mengkaji kitab kuning,", Dengan kata lain, lanjutnya Hidayat, pengajaran khas pesantren adalah kitab kuning yang berbahasa Arab.
Maka, lanjutnya lagi, PDF menjadi harapan masyarakat, selain muadalah, dalam mempertahankan kemampuan baca kitab kuning, "Apalagi ditengah minimnya jumlah kyai, ulama dan ustadz yang memiliki kemampuan dalam berbahasa Arab", terang Profesor jebolan UIN Syahid Jakarta.
(Khan/Solla)
Bagikan: