Serpong (Pendis) - Relasi antara pesantren dengan budaya itu memiliki karakteristiknya sendiri. Pesantren memiliki kekuatan elastisitas atas tantangan budaya dan perkembangan zaman, sehingga pesantren tetap kokoh dan eksis. Ia tidak tertinggal oleh zaman, dan sekaligus ia mampu mewarnai zaman itu sendiri. Hal itu diungkap oleh Reza Ahmad Zahid, yang biasa disapa dengan Gus Reza, pengasuh pondok pesantren Lirboyo Al-Mahrusiyah Kediri, saat menjadi narasumber dalam kegiatan "International Seminar on Pesantren Studies" yang dilakukan di ICE BSD Serpong Tangerang Banten yang diselenggarakan pada 20-22 November 2017.
"Mempertanyakan apakah pesantren itu mengikuti zaman atau zaman yang mengikuti pesantren, itu sama halnya dengan mempertanyakan apakah Islam itu mengikuti zaman atau zaman yang mengikuti Islam," papar pengurus RMI (Rabithah Maahidil Islamiyah) PWNU Jawa Timur. Pesantren, menurut Gus Reza, sesungguhnya memiliki elemen penting yang tidak bisa ditinggalkan. Namun format teknis bagaimana pesantren itu memiliki keragaman masing-masing. Elemen penting itulah yang merupakan substansi dari pesantren, yang mampu memiliki elastisitas pesantren. Wujud konkret keragaman pesantren itu tidak menghilangkan dari elemen penting itu.
Menurut Gus Reza, setidaknya ada 3 (tiga) elemen kunci dalam pesantren, yakni rul al-tarbiyah (semangat pendidikan), ruh al-diniyah (semangat keagamaan), dan ruh al-ijtima`iyah (semangat sosial-kemasyarakatan). Rul al-tarbiyah meniscayakan bahwa pesantren itu mendorong santrinya untuk memiliki semangat menuntut ilmu yang tinggi, berketerampilan yang baik, dan terus berinovasi. Ruh al-diniyah memastikan bahwa pesantren itu mampu mengejewantahkan dan sekaligus mendakwahkan ajaran keagamaan yang baik. Santri dididik untuk menjadi ahli ilmu agama dan sekaligus mengamalkan ajaran agamanya. Sedangkan ruh al-ijtima`iyah memastikan bahwa pesantren itu selalu berinteraksi dan berkontributif dengan persoalan-persoalan sosial-kemasyarakatan. Pesantren terus mendampingi masyarakat sehingga dapat tercerahkan.
Ketiga elemen penting itu harus ada dalam pesantren. Meski secara fisik seakan-akan bangunannya seperti pesantren, jika tidak memiliki 3 elemen kunci pesantren itu maka itu bukanlah pesantren. "Pondok pesantren salafiyah, meski dengan bangunannya sederhana, namun ia sarat dengan ketiga kunci pesantren itu. Bahkan, pesantren salafiyah memiliki wawasan, mental, dan keterampilan yang baik dalam interpreneurship," ungkap pengasuh pesantren Lirboyo.
Hadir dalam kegiatan "International Seminar on Pesantren Studies" ini adalah sejumlah narasumber baik dari dalam maupun dari luar negeri, seperti Syeikh Dr. Thariq Ghannam dari Global University Lebanon, Syekh Dr. Salim Alwan, Mufti Darul Fatwa Australia, Syaikh Prof. Dr. Muhammad Hasan Hitou, Direktur Pusat Studi Ilmu Keislaman Internasional kelahiran Syria, KH. Masdar Farid Masudi dari PBNU, Dr. H. Anwar Abbas, MM dari PP Muhammadiyah, Amich alhumami, MA, M.Ed, PhD dari Bappenas, dan Dr. Noor Achmad, MA dari komisi VIII DPR RI. (Swd/dod)
Bagikan: