Jakarta (Pendis) - Kementerian Agama (Kemenag) melalui Program Kemandirian Pesantren yang menjadi salah satu program prioritas Menteri Agama Yaqut Cholil Coumas terus mendorong pesantren untuk mengembangkan usahanya. Terbaru, Kemenag memfasilitasi penandatanganan nota kerjasama antara Forum Ekonomi Pesantren Indonesia (FEPI) mewakili 10 pesantren penerima dana bantuan inkubasi bisnis dengan pihak 'Logee', platform digital milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).
Prosesi penandatangan dilakukan disela giat bertajuk 'Koordinasi dan Konsolidasi Daya Dukung Stakeholder Program Kemandirian Pesantren' yang digelar Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Dirjen Pendidikan Islam. Giat itu sendiri digelar selama tiga hari, 7-9 Maret 2023 di Jakarta.
Hadir menyaksikan secara langsung, Staf Khusus Menteri Agama Muhammad Nuruzzaman, Tenaga Ahli Menteri Agama Hasanuddin Ali, Direktur PD Pontren Waryono Abdul Ghofur, Ketua Pokja Kemandirian Pesantren Basnang Said, para Kasubdit dilingkungan direktorat PD Pontren, serta perwakilan pondok pesantren penerima bantuan inkubasi bisnis.
Ketua umum FEPI KH Badrus Syamsi menyambut baik kerjasama yang terjalin dengan Logee Telkom. Dirinya meyakini kerjasama tersebut akan menguntungkan bagi semua pihak terutama membantu pesantren dalam memasarkan produk komoditas.
"Hari ini telah kami tandatangani kerjasama dengan pihak Logee Telkom. Melalui flatform digital ini kami harapkan pesantren dapat memperluas jangkauan dalam memasarkan produk-produk yang telah dimiliki, tidak hanya dilingkungan pesantren saja," tutur KH Badrus Syamsi, Selasa (7/3/2023).
Forum Ekonomi Pesantren Indonesia merupakan wadah tempat berkumpul pesantren yang memiliki unit usaha untuk dapat saling mendukung dalam mengembangkan bisnisnya. Berdiri sejak 2022, FEPI lahir secara independent yang diinisiasi pesantren-pesantren penerima program bantuan Inkubasi Bisnis dan difasilitasi Kemenag. Bagi Kementerian Agama sendiri, kehadiran FEPI turut memberi andil dalam mewujudkan cita-cita pesantren yang mandiri secara ekonomi sebagaimana konsep yang telah disusun dalam Peta Jalan Kemandirian Pesantren (PJKP).
"Forum Ekonomi Pesantren Indonesia lahir berkat fasilitasi dari Kementerian Agama RI. Oleh karena itu FEPI dengan arahan dari Tim Kemandirian Pesantren berkomitmen untuk mewujudkan dan menyukseskan Peta Jalan Kemandirian Pesantren. FEPI juga berupaya untuk memaksimalkan manfaat dari dana yang diberikan kepada pesantren sebagai bentuk pertanggungjawaban, yang dibuktikan dengan berkembangnya usaha milik pesantren," tegas KH Badrus Syamsi.
Dikatakan KH Badrus Syamsi, selain dengan Logee, saat ini FEPI juga tengah membangun kolaborasi dengan Global Halal Hub dalam merancang ekspor komoditi ke Eropa. "Saat ini pesantren siap memasok kopi dan bawang merah dengan kualitas ekspor. Insyaallah, ditambah dengan sinergi bersama Logee kami berharap nantinya dapat memudahkan terutama pada proses logistik agar lebih efektif dan efisien".
Ibnu Arif, mewakili Divisi Digital Marketing dan Customer Engagement Logee Telkom mengatakan, melalui kesepakatan dan kerjasama yang dibangun Logee Telkom akan membantu bisnis di pesantren terutama dalam menyediakan layanan digitalisasi ekosistem logistik.
"Telkom membuka ruang seluas-luasnya untuk pesantren mengembangkan potensi ekonominya melalui digitalisasi proses distribusi, dengan ini aliran bisnis pesantren yang ada di desa-desa akan kita coba 'expand' ke kota maupun ke luar negeri, atau sebaliknya yang dari kota ke desa, kita akan bangun itu dengan skema crosselling," ujar Ibnu Arif.
Selain dukungan infrastruktur dari flatform distribusi, pesantren juga dapat memanfaatkan flatform yang dimiliki Logee dalam pengolahan dan penyajian data secara end-to-end, across systems, dan parties di sepanjang supply chain.
"Betapa penting sebuah data dalam mengelola suatu bisnis. Bisnis tidak akan lepas dari pencatatan, analisa, dan pengolahan data. Logee dalam hal ini dapat membantu pelaku bisnis untuk mengubah data layanan rantai pasokan menjadi wawasan yang berguna untuk keputusan bisnisnya," terang Ibnu Arif.
Lebih jauh, ungkap Ibnu Arif, kerjasama tersebut juga akan mencakup sustainability bisnis pesantren. "Telkom memiliki banyak ruang dan chanel untuk dimasuki produk-produk pesantren, juga terbuka banyak ruang kolaborasi dengan beberapa startup lain yang sudah bermitra dengan Telkom Logee. Kita sudah buat roadmapnya supaya nanti pesantren juga mendapat manfaat. Alhamdulillah dari 10 pesantren sudah 4 yang 'on boarding' walaupun masih pelan-pelan belajar, 6 lagi kami berharap bisa lebih cepat."
Dalam kesempatan yang sama Tenaga Ahli Menteri Agama Hasanuddin Ali mengungkapkan, Kementerian Agama senantiasa mengupayakan terbangunnya kolaborasi pesantren dengan berbagai pihak dalam mewujudkan cita-cita bersama membangun ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.
"Kami sangat sadar bahwa program Kemandirian Pesantren ini tidak mungkin bisa dijalankan hanya oleh Kementerian Agama. Bahkan sejak awal ketika kita menyusun Peta Jalan Kemandirian Pesantren kita banyak berkolaborasi dengan teman-teman di Kementerian/Lembaga, BUMN, maupun kalangan dunia usaha lainnya," ungkap Hasanuddin Ali.
Dikatakan Hasanuddin Ali, Kemenag sebagai rumah besar tempat bernaung bagi pesantren berkepentingan untuk mensinergikan agar program-program yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi pesantren dari berbagai stakeholder bisa disambut dan diserap lebih optimal oleh pesantren.
"Karena kunci dari suksesnya program Kemandirian Pesantren ini adalah kolaborasi. Kolaborasi antara pesantren dengan pesantren, kolaborasi pesantren dengan masyarakat disekitarnya, kolaborasi pesantren dengan stakeholder-stakeholder penting baik dari kalangan pemerintah, BUMN, maupun swasta. Tahun ini kita memulai keterlibatan stakeholder untuk bisa terlibat lebih banyak lagi membantu pesantren dalam hubungan saling menguntungkan bagi semua pihak," terang Hasanuddin Ali.
Sementara itu Staf Khusus Menteri Agama, Muhammad Nuruzzaman menyoroti terkait potensi ekonomi yang dimiliki oleh pesantren, terutama modal sosial yang telah lama dimiliki pesantren yang seharusnya dapat menghasilkan sebuah kapabilitas atau kemampuan tertentu jika dikelola secara maksimal.
"Trust atau kepercayaan merupakan social capital yang sangat penting dalam mengembangkan bisnis, dan pesantren sampai saat ini diakui sebagai lembaga yang terpercaya atau dipercaya oleh masyarakat umum, baik sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah, juga pemberdayaan masyarakat. Kepercayaan adalah modal utama yang sudah dimiliki pesantren," terang Nuruzzaman.
Selain kepercayaan, kata Nuruzzaman, pesantren juga memiliki networking atau jejaring yang kuat antar pesantren dan masyarakat. Namun dalam hal akses dan jaringan ekonomi masih sangat terbatas, maka kemudian negara memfasilitasi agar pesantren memiliki jejaring yang kuat dalam melakukan pengembangan dan penguatan ekonomi di pesantren masing-masing. "Ini yang sedang diupayakan oleh Kemenag. Yakni memberikan akses dan kemudahan agar pesantren memiliki jaringan yang baik untuk mengembangkan ekonominya".
Modal sosial selanjutnya yang dimiliki pesantren yakni norma-norma atau nilai yang begitu kuat dan dipegang secara bersama dan saling berkaitan, ini menjadi modal sosial yang menjadi pengikat bagi pesantren. Nuruzzaman meyakini, "Modal sosial ini jika dibarengi kemampuan mengkapitalisasi secara baik sumber daya dan potensi ekonomi yang ada kemudian dikolaborasikan dengan dunia usaha tentu ini akan menjadi suatu kekuatan ekonomi yang luar biasa," pungkas Nuruzzaman.
Bagikan: