Mojokerto (Pendis) - Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Dit. PD-Pontren) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) kembali melakukan penguatan terhadap pondok pesantren agar tetap menjaga nilai nilai kepesantrenan dengan ajarannya yang moderat.
Sebagai langkah lanjutan dalam upaya menjaga moderasi Islam pada pondok pesantren, Kemenag mengumpulkan para kiai dan ustadz utusan dari pondok pesantren se-Jawa Timur dalam Halaqah Peran Pesantren dalam Mencegah Radikalisme Agama yang diselenggarakan 7 s/d 9 Maret 2018 di Mojokerto.
Saat membuka acara tersebut, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD-Pontren) Ahmad Zayadi menegaskan bahwa "Sebentar lagi kita akan menghadapi pesta demokrasi. Di tengah tahun tahun pesta demokrasi ini, kita masih dihadapkan pada tantangan keagamaan yang ekstrim kanan, ekstrim kiri, atau radikalisme. Kita semua perlu mengambil sikap baina huma (moderat). Oleh karena itu, apapun program yang dikembangkan melalui layanan pada Dit. PD Pontren Pusat dan Daerah, secara bersama sama kita mengampanyekan dan mengawal penguatan moderasi Islam (mainstreaming Islamic moderation) ini."
"Pesantren memiliki peran yang sangat strategis dalam mempromosikan Islam yang moderat. Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren telah membuat program program unggulan yang berkaitan dengan moderasi Islam tersebut," terang doktor alumnus Value Education Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang lahir di Brebes ini, Rabu (07/03) malam.
Senada dengan Zayadi, Staf Khusus Menteri Agama, H. Gugus Joko Waskito mengatakan bahwa "Pesantren adalah rumah kita. Karena rumah kita maka kitalah yang harus merawat dengan baik. Jangan sampai rumah kita dimasuki orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Apalagi di tengah tahun politik ini karena dalam politik yang paling mudah dipengaruhi adalah isu agama. Para kiai harus kuat menjaga agar kondisi tetap kondusif jangan sampai terbawa dengan isu isu provokatif."
"Pesantren harus menjadi garda terdepan dalam menjaga agama yang moderat. Sebagaimana para ulama dan kiai yang sudah mengajarkan kepada kita bahwa sikap tawasut (moderat) dan tasamuh (toleran) itu adalah ciri orang yang telah didik di pesantren," terang alumnus Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, pesantren salaf yang mengkonsentrasikan diri pada tahfidh al-Qur`an di Yogyakarta ini.
Tertera di jadwal, selain H. Gugus Joko Waskita (Staff Khusus Menteri Agama) dan Ahmad Zayadi (Direktur PD Pontren), kegiatan ini menghadirkan narasumber narasumber yang kompeten. Dr. Barnoto, M.Pd.I (Kabid Penais dan Zakat, Infaq Kanwil Kemenag Privinsi Jawa Timur) memaparkan materi dengan tema Peran Kementerian Agama dalam Mencegah Radikalisme Agama di Jawa Timur. Drs. Musyafa` Noer (Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur) dengan materi Mewujudkan Islam Moderat dalam Bingkai NKRI. Dr. Maftukin, M.Ag (Rektor IAIN Tulungagung) tema Radikalisme Agama, Ancaman Keretakan NKRI dan KH. Asep Saifuddin Halim (Ketua PERGUNU) dengan materi Peran Pesantren dalam Mencegah Radikalisme Agama. (Fahmi Arif/dod)
Bagikan: