Jakarta (Pendis) - Media digital yang hari ini menguasai dunia telah berhasil menyadarkan kalangan pesantren untuk mempublish khazanah-khazanah keilmuan yang ada di pesantren kepada masyarakat luas. Demikian disampaikan KH Yusuf Chudlori, pengasuh pesantren Tegalrejo Magelang saat menjadi pembicara dalam Zoom Series Muktamar Pemikiran Santri Nusantara tahun 2020 seri ke-2. (Jumat, 9/10)
“Saya senang karena sekarang muncul kesadaran dari para kyai, para ibu nyai, dan para santri pondok pesantren untuk mempublish keilmuan pesantren. Sekarang ini pengajian-pengajian dari pesantren sudah mulai banyak mewarnai media-media online,” tuturnya.
Menurutnya, ini adalah perubahan zaman yang harus disyukuri. “Dulu,orang masih berdebat tentang media, tentang internet, apakah haram atau mubah. Media masih belum dimanfaatkan karena banyak dikaitkan dengan hal-hal negatif, tapi sekarang media bisa menjadi berkah untuk kita semua, menjadi sarana berdakwah,” tambahnya.
Namun begitu, pria yang biasa dipanggil Gus Yusuf ini mengajak keluarga besar pesantren di manapun berada agar membekali penyebaran konten-konten di media itu dengan kemasan yang menarik. “Saya yakni bahwa konten dari pesantren ini luar biasa. Tapi untuk tampil di media perlu ‘bungkus’ yang perlu disempurnakan agar dakwah bil medsos lebih menarik, bisa diterima semua lapisan masyarakat,” pintanya.
Gus Yusuf mengajak, agar semua pesantren dan juga santri bersinergi satu dengan lainnya. “Kita harus saling bersinergi antara santri dengan santri lainnya, antara satu pesantren dengan pesantren lainnya. Harus saling mendukung, saling support, saling memberi ruang, karena ini adalah bagian dari syiar pesantren menyikapi zaman,” terangnya.
“Covid-19 ini telah menyadarkan kita, betapa kita butuh saling sinergi, saling bantu membantu. Semua entitas di negeri ini bisa terkena virus, tapi hanya pesantren yang ‘disudutkan’ media. Makanya kita harus saling menguatkan,” pintanya.
Meski begitu, pengasuh pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah ini mengajak kalangan pesantren dalam berdakwah dengan tetap menjaga kekhasan pesantren. “Konten-konten pesantren ini sangat banyak. Kedalaman keilmuannya juga luar biasa. Hanya perlu sedikit kemasan. Kita bisa melihat fenomena Gus Baha. Beliau cara ngajinya juga tetap model pesantren, tapi daya peneriamaan masyarakat juga luar biasa,” tambahnya.
Menurutnya, kalangan pesantren bisa menggunakan uangkapan yang popular di kalangan pesantren, yaitu ’Alal ‘aqil an yakuuna ‘aliman lizamanihi, muqbilan lisyaknihi, ‘arifan lirobbihi. “Sekarang ini kita butuh santri yang tidak hanya pintar, tetapi juga cerdas. Yaitu orang-orang yang bisa memahmi zamannya, menghadapi persoalan dengan cara-cara kekinian, dan mengetahui Tuhannya,” terangnya.
“Khusus yang terakhir ini sangat penting. Karena itulah yang nanti akan membedakan santri dengan lainnya. Syiar itu tidak hanya menyampaikan, tetapi juga ada riyadhoh, ada mujhadah, dan ada barokah,” pungkasnya.
Muktamar Pemikiran Santri Nusantara tahun 2020 ini dilaksanakan secara daring setiap Selasa dan Jumat jam 14.00-16.00 wib selama bulan Oktober. Mengusung tema besar Santri Sehat Indonesia Kuat, menghadirkan nara sumber-nara sumber yang kompeten dibidangnya. [Beta/Hik]
Bagikan: