Bogor (Pendis) - Menyikapi pendidikan yang terus berkembang, Kementerian Agama RI dalam hal ini Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam terus meningkatkan kompetensi mutu Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah (PDMT). Peningkatan mutu PMDT ini dikembangkan melalui penyusunan panduan dan pedoman dengan menyepakati standar secara nasional.
Saat ini, Subdirektorat PMDT tengah melaksanakan review penyusunan kisi-kisi dan butir soal yang dikemas dalam kegiatan Workshop Penulisan Kisi-Kisi dan Butir Soal PMDT.
Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghafur secara virtual melalui Zoom Meeting sangat mengapresiasi kegiatan yang menurutnya sebagai inovasi pendidikan non-formal ini. Penyusunan buku panduan dan pedoman MDT menurutnya adalah penyiapan bahan yang menjadi acuan untuk mewujudkan generasi masa depan.
Waryono menyebut penyusunan pedoman dan panduan MDT ini merupakan investasi jangka panjang. "Tentunya, keberhasilan dari uji coba pemanfaatan buku panduan ini, tidak bisa dilihat dalam waktu dekat, tapi bagian dari investasi jangka panjang," ujar Waryono pada Senin (31/07/2023) malam.
Kedua, lanjutnya, para pendidik harus memiliki orientasi pembelajaran bukan hanya 10-20 tahun ke depan. Beliau mengungkapkan bahwa Bapennas sedang menyusun rencana pembangunan jangka panjang 25-45 tahun kedepan. Sehingga, beliau memohon agar penulisan buku panduan dan pedoman MDT bisa merujuk pada rencana pembangunan jangka panjang yang disusun oleh Bappenas.
"Saya berharap para penyusun memiliki bayangan kedepan pembelajaran keagamaan akan seperti apa," harapnya.
Belum lagi, katanya, dengan munculnya Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang perlu direspon oleh para ustaz-ustazah, bagaimana model pendidikan keagamaan dalam konteks itu semua. "Karena bisa jadi akan ada pergeseran wacana keagamaan, sehingga ini perlu difasilitasi," tandas Waryono.
Beliau menjelaskan dalam kaidah ushul fiqh, taghayyur al ahkam bi taghayyur al azminah wa al amkinah bahwa perubahan hukum itu dipengaruhi oleh perubahan tempat dan waktu. Sehingga sangat perlu dirumuskan dalam konteks pembelajaran keagamaan termasuk pembelajaran fiqih, tauhid, Quran dan hadis. "Meskipun tentunya tidak mudah," ucapnya.
Saat ini, menurutnya, ustaz-uztazah yang sedang meyusun pedoman dan panduan MDT ini artinya sedang membangun pondasi. Selanjutnya, bangunan seperti tembok, jendela dan lainnya bisa dilengkapi orang lain. Menurutnya, karena kalau tidak dimulai dari sekarang dalam membangun pondasi, tentu akan ketinggalan.
"Mudah-mudahan yang sudah ada itu bisa dilengkapi meskipun menurut kita hari ini lengkap boleh jadi ke depan itu belum lengkap," katanya.
Diakhir arahannya, Waryono berpesan kepada para ustaz untuk terus berproses. Menurutnya, tantangan para guru dan ustaz adalah tidak boleh berhenti untuk belajar dan menambah pengetahuan, karena pengetahuan baru yang akan terus bermunculan.
"Jangan sampai kita mengalami defisit of knowledge atau kekurangan pengetahuan baru dan bagaimana caranya kita terus menambah atau deposit ilmu," pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kasubdit PMDT, Siti Sakdiyah melaporkan bahwa giat ini merupakan pertemuan ke tiga untuk memfinalkan panduan kisi- kisi pembelajaran MDT yang bertujuan agar memiliki dokumen yang berstandar nasional, namun disesuaikan dengan corak atau khas masing-masing.
"MDT dari Sabang sampai Merauke memiiki corak atau khas yang berbeda-beda, sehingga semakin banyak hasanah yang harus dirangkul," tutur Sakdiyah.
Kegiatan ini diharapkan bisa menciptakan suatu pedoman standar yang berada ditengah-tengah dan bisa dipakai secara nasional.
Kegiatan ini yang dilaksanakan 3 hari (31 Juli sd 2 Agustus) ini membahas terkait kebijakan Ditpdpontren tentang Kompetensi Mutu Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah, Perlunya Penulisan Butir-Butir Soal PMDT, Penyusunan Instrumen Penilaian Pembelajaran MDT serta Review dan Finalisasi Penyusunan Instrumen Penilaian MDT.
Tags:
pmdtBagikan: