Jombang (Pendis) - Pernyataan ini disampaikan oleh Abdul Djalal selaku Ketua Asosiasi Mahad Aly (AMALI) dalam Workshop Kaderisasi Ulama melalui Mahad Aly di Pesantren Tebuireng, Jombang yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI bekerjasama dengan Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang (7/11).
Dihadapan para mudir dan mahasantri mahad aly se Indonesia dan ASEAN, Djalal mengungkapkan alasannya karena terbukti dengan system dan metode pesantren yang sudah berhasil dan sukses, sehingga lahirlah ulama-ulama besar melalui pesantren.
Sebelumnya Mustain Syafi`iy yang merupakan Pakar Tafsir dari Pesantren Tebuireng, menyampaikan paparan terkait proses pendidikan kader ulama, yang menyoroti persoalan metodologi berfikir yang tidak berkutat pada teks, tetapi juga memperhatikan konteks. Inilah yang harus diperhatikan oleh dosen-dosen dan pengasuh mahad aly, maksudnya berfikir outsider dengan kepakaran masing-masing.
Syaikh Bilal Mahmud Afifi Ghunem dari Mesir turut menjadi pembicara dalam workshop tersebut. Syaikh Bilal menyampaikan 2 (dua) aspek yang penting dalam pelaksanaan kaderisasi ulama, yaitu aspek calon kader ulama yang mestinya punya kelayakan kompetensi agar memenuhi syarat yang cukup untuk menjadi ulama.
Aspek kedua, lanjut Syekh Bilal, aspek pengkader ulama itu sendiri, yang tentunya harus memiliki kapabilitas dan kemampuan mumpuni dalam mencetak ulama.
Nur Hanan selaku panitia workshop mengatakan bahwa seluruh paparan dan diskusi narasumber nantinya akan dijadikan bahan untuk merumuskan poin-poin rekomendasi tentang kaderisasi ulama.
"Rekomendasi akan kami serahkan kepada Kementerian Agama RI untuk dibawa dalam forum MABIMS di Singapura,"kata Mudir Mahad Aly Hasyim Asyari Pesantren Tebuireng. (Kanali/Hik)
Bagikan: